Senin, 28 Desember 2015

Forum Kota Cerdas Asia-Afrika untuk Masyarakat Asia-Afrika yang Terintegrasi

Secara umum, konsep kota cerdas adalah kota yang terintegrasi dengan baik, didukung ketersediaan infrastruktur sosial dan komunikasi yang memadai. Dimana masyarakat dengan pemerintahnya bersinergi mewujudkan kota yang nyaman dan kondusif. Konsep kota cerdas dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kota. 

Konsep kota cerdas dapat diwujudkan dengan dukungan jaringan nirkabel maupun serat optik, untuk memudahkan aksesibilitas ke beberapa titik parameter yang diinginkan untuk diukur sehingga diperoleh data-data dan informasi secara real time. Sebagai contoh masyarakat dapat memonitor konsentrasi polusi di jalan tertertentu, atau digunakan sebagai alarm otomatis ketika level radiasi tertentu. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi irigasi , penerangan jalan umum, informasi tempat sampah yang hampir penuh, dan memantau kondisi lalu lintas. Informasi terkait akan sampai di pengguna (masyarakat), pemerintah (regulator), dan penyelenggara aktivitas kota (Industri, LSM, dan lain-lain). Sehingga penanggulangan masalah kota bisa lebih efektif dan efisien (Bapeda Pemerintah Kota Bandung, 2013 : 17).
   
Banyak kota di berbagai negara telah menerapkan konsep ini dalam beragam corak. Skotlandia dengan City of Edinburgh Council mengaplikasikan konsep kota cerdas dalam visi dan rencana kerja mereka untuk pengimplementasian e-GovernmentSpanyol dengan kota Sevillanya, menerapkan dalam bentuk city anatomy yang menganalogikan kota seperti anatomi tubuh manusia.

Pembahasan mengenai kota cerdas masih menjadi topik hangat terutama di kota-kota yang pemerintahnya berwacana untuk menerapkan konsep tersebut bagi wilayah mereka. Banyak yang menyangsikan bahwa konsep kota cerdas dapat diadaptasi oleh negara berkembang. Sumber daya manusia pada sebagian besar negara berkembang dinilai belum siap untuk mendukung terealisasinya konsep kota cerdas. Karena kota cerdas bukan sekadar mengenai alih teknologi tetapi juga membangun masyarakat yang cerdas yaitu cerdas dalam pola pikir dan pola tindak.

Bandung adalah salah-satu kota yang tengah dalam proses untuk menjadi kota cerdas. Walikota Bandung sekaligus Ketua Forum Kota Cerdas Asia Afrika optimis, dengan kerjasama yang baik tidak mustahil kota-kota cerdas di kawasan Asia dan Afrika akan dapat segera terwujud.

Pada gelaran Asia Africa Smart City Summit, yang merupakan rangkaian dari kegiatan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, tidak kurang dari 25 Walikota dari negara-negara di Asia dan Afrika mendeklarasikan komitmennya dalam mendukung terbentuknya Forum/Jaringan/Aliansi Kota Cerdas Asia-Afrika yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kawasan Asia dan Afrika. 

Melihat bagaimana kota-kota di negara-negara lain pada kawasan Asia dan Afrika, yang memiliki banyak persamaan dengan Indonesia, telah mampu mengimplementasikan dengan baik konsep kota cerdas membuat Indonesia optimis untuk juga dapat menerapkan konsep kota cerdas pada kota-kota di Indonesia.   
Dalam mewujudkan konsep kota cerdas, pemerintah membutuhkan kerjasama yang sinergis dengan warganya. Warga juga membutuhkan pemerintah yang cakap dalam pengelolaan kota untuk dapat mencapai kualitas hidup yang baik di kotanya. Satu lagi yang tidak kalah penting adalah peran swasta, dapat berupa investasi asing atau bisa juga dukungan dari negara-negara yang telah lebih dulu menerapkan konsep kota cerdas baik dalam bentuk berbagi pengetahuan, pengalaman, ataupun alih teknologi seperti yang difasilitasi oleh Forum Kota Cerdas Asia-Afrika.

Ketika warga kota sebagai partisipan merasakan keuntungan timbal balik yang diperoleh dari kerjasama yang sinergis dengan pemerintahnya, maka dengan kepercayaan warga yang meningkat berpotensi untuk meluaskan cakupan kerjasama. Dalam kaitannya dengan Forum/Jaringan/Aliansi Kota Cerdas Asia Afrika, keberhasilan pengimplementasian konsep kota cerdas yang mendorong peningkatan kesejahteraan di masing-masing kota akan berbanding lurus dengan partisipasi warga dalam Forum Kota Cerdas Asia Afrika dan ini mendorong masyarakat yang terintegrasi di kawasan Asia-Afrika.



Edith Piaf - Non, Je Ne Regrette Rien

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Ni le bien qu'on m'a fait
Ni le mal tout ça m'est bien égal

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
C'est payé, balayé, oublié
Je me fous du passé

Avec mes souvenirs
J'ai allumé le feu
Mes chagrins, mes plaisirs
Je n'ai plus besoin d'eux

Balayés les amours
Avec leurs trémolos
Balayés pour toujours
Je repars à zéro

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Ni le bien qu'on m'a fait
Ni le mal tout ça m'est bien égal

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Car ma vie, car mes joies
Aujourd'hui, ça commence avec toi


Songwriters
DUMONT, CHARLES / VAUCAIRE, MICHEL




Mungkin konsep ‘cuma orang gila yang merencanakan masalalu’, cocok dengan lagu ini. Iya, Ab? Hehe... sampai setelah sepuluh tahun berlalu, masih terngiang-ngiang kata-kata itu.

Seperti air di dalam gelas yang sudah terlanjur tumpah, seperti itu jugalah segala hal yang telah terjadi. Menyesalinya tidak akan mengubah apapun, selain menambah kegilaan. Ambil hikmahnya saja, lalu lanjutkan hidup. Je repars à zéro et puis commence avec l’autre... Bumi tidak akan tiba-tiba berhenti berputar hanya karena kita kecewa ketika sesuatu tidak berjalan sesuai apa yang kita inginkan. C'est vrai?

Fate

Hanya takdir Allah yang bisa menyatukan kita, menjadi berjodoh untuk satu sama lain. Karena di luar sana ada banyak hal yang dapat membuat keyakinan kita atas satu sama lain berkurang, pudar atau bahkan hilang sama sekali. Wajah yang lebih rupawan, sikap yang lebih menawan, kemapanan yang lebih menjanjikan, kecerdasan yang lebih mengagumkan. Ada begitu banyak hal yang bisa membuat kita berubah pikiran dalam sekejap. Tapi takdir Allah dan doa kita lah yang mengunci kita tetap bersama seseorang yang sama. 

Minggu, 20 Desember 2015

Teman Seperjalanan

Tadi pagi, tidak sengaja saya melihat tayangan di televisi. Seorang ustadz menceraikan istrinya hanya melalui bbm. Saya penasaran, memang istrinya seperti apa sih. Rasa penasaran saya segera terjawab, ternyata istri yang diceraikannya itu cantik sekali dan berhijab syar’i dengan sangat rapi, belakangan malah telah mengenakan burqo. Kening saya berkerut, ada apa dengan para lelaki sekarang ini. Diberi istri cantik dan sholihah, masih saja tidak merasa cukup. Jika mencari kesempurnaan, tentu tidak akan pernah menemukan akhir. Selalu ada langit di atas langit. Mau mencapai langit yang seberapa tinggi? Tidak takut jatuh? semakin tinggi tentu akan terasa semakin sakit ketika jatuh.
Tidak bijak rasanya jika hanya mengkritisi dari sisi lelaki, mari kita coba lihat dari sisi perempuannya itu sendiri. Jika menilik dari kasus istri ustadz tadi, sang istri mengatakan bahwa alasan dirinya memilih ustadz tersebut sebagai suami adalah karena dia menganggap sang ustadz memiliki pengetahuan agama dan akhlaknya yang baik, yang dengan itu diharapkan dapat membimbing dan memperlakukan pasangannya secara baik pula. Nah, menurut saya di sinilah awal ‘kesesatan’ kita sebagai perempuan. Kenapa saya katakan sesat, karena dengan harapan seperti itu secara tidak sadar kita telah menggantungkan harapan pada selain Allah. 
Saya jadi teringat dengan seorang kawan yang telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah, semoga Allah memuliakan dan memberikan tempat yang lapang di sisi-Nya, kawan saya yang insya Allah sholihah ini memberi saya nasihat berharga yang baru saya pahami benar maknanya setelah bertahun-tahun kepergiannya. Dia menasihatkan pada saya, bahwa ketika kita menikahi seseorang  hendaknya kita tidak menggantungkan harapan apapun padanya. Misalkan berharap dia akan membimbing kita masalah agama. Berharaplah hanya kepada Allah, itu pesannya. Jika butuh dibimbing, mintalah bimbingan dari-Nya langsung. Menjadi baiklah dan tetap baik dengan siapapun kita berpasangan kelak, jangan berubah dan jangan pernah tergoyah oleh apapun.
Saya sangat suka menguraikan sesuatu menggunakan analogi. Jika hidup ini dianalogikan sebagai sebuah perjalanan, tentu akan sangat menyenangkan jika kita mendapat teman seperjalanan yang mengasyikan, yang pandai membuat perjalanan jadi tidak membosankan dan bersamanya kita jadi terus bersemangat melakukan perjalanan tersebut sampai akhir. Tapi kita tidak bisa memastikan teman seperjalanan seperti apakah yang kelak akan kita dapatkan. Lalu, jika ternyata kita mendapat teman seperjalanan yang tidak seperti keinginan kita atau jauh dari apa yang kita harapkan, apakah kita bisa memilih untuk menghentikan perjalanan? Tentu kita akan tetap harus melakukan perjalanan itu sampai akhir, dengan atau tanpa teman seperjalanan. Tapi memiliki seorang teman di samping kita, bagaimanapun keadaannya, tentu akan masih lebih baik daripada benar-benar sendirian. Itu adalah satu hal yang patut disyukuri.
Berumah-tangga adalah sebuah perjalanan istimewa yang Allah berikan untuk kita. Untuk perjalanan istimewa ini, kita dihadiahi seorang teman seperjalanan. Dalam kalam ilahi, dikatakan bahwa kita akan berpasangan dengan seseorang yang ‘serupa’ kita.
Kita semua, baik itu lelaki atau perempuan, tentu mengharap akhir yang baik dari kehidupannya. Apalagi yang lebih baik dari surga. Bagi saya, lelaki adalah partner yang Allah pilihkan untuk menjadi teman seperjalanan hingga mencapai surga-Nya. Idealnya, kita akan saling menguatkan, saling menyemangati, dan berbagi. Tapi apapun keadaannya, saya adalah penolong bagi diri saya sendiri. Saya tidak akan menjadi lemah hanya karena dia tidak menguatkan saya. Jika dia bukan penyemangat yang baik, saya akan menyemangati diri saya sendiri dan menularkan semangat itu padanya. Kendatipun dia bukan seorang yang suka berbagi, maka saya akan tetap berbagi segala kebaikan dengannya. Setelah segala doa dan ikhitiar saya, dialah yang saya dapatkan, maka dialah jalan surga saya. Jangan tergantung pada seperti apa dia, dengan siapapun kelak kita berpasangan tetaplah berakhlak baik karena Allah.


Wallahu a’lam bishowab...

Kepingan Puzzle

Puzzle adalah mainan yang paling saya suka ketika kecil dulu. Menyusun tiap kepingnya hingga menjadi satu gambar utuh memberikan kesenangan tersendiri. Makin tinggi tingkat kesulitannya, makin lah saya tertantang untuk menyelesaikannya. Kita harus bisa menemukan dan memasang dengan benar setiap keping puzzle itu untuk dapat melihat keseluruhan gambarnya dengan jelas.   
                Ketika dewasa, saya melihat serangkaian kejadian yang kita alami dalam hidup ini serupa dengan keping-keping puzzle. Sayangnya, di usia sekarang ini, saya seringkali tidak sabar menunggu setiap keping puzzle itu terbuka semua untuk sebuah gambar. Saya terburu-buru menginterpretasi, kemudian mengambil kesimpulan ngawur yang berujung pada keputusan dan tindakan yang salah, lalu di akhir menyesalinya.
Saya analogikan seperti ini, kita sedang menyusun puzzle dari sobekan gambar seekor gajah yang sedang menyepak, ketika sobekan-sobekan gambar itu belum ditemukan semua kita tidak bisa menyimpulkan gajah tersebut menyepak untuk menyerang atau untuk bermain bola. Jika gambar ini akan dijadikan dasar untuk memutuskan apakah si gajah adalah hewan yang harus dibunuh karena telah menyerang manusia, kita tidak bisa langsung mengambil keputusan hanya dengan melihat kakinya yang sedang menyepak, sementara apa yang disepaknya belum diketahui. Jika lalu memutusakan membunuh si gajah dan kemudian ternyata yang disepaknya adalah bola, kita tidak mungkin menghidupkan lagi si gajah sebagai bentuk penyesalan atas keputusan yang salah.
Kadang asumsi membawa kita pada ego untuk membuktikan bahwa apa yang kita asumsikan adalah benar, hingga kita hanya mau melihat apa yang ingin kita lihat. Jika kita mengasumsikan bahwa gajah itu telah menyepak manusia, lalu kita menyimpulkan bahwa gajah itu pembunuh, ego kita menginginkan yang terlihat adalah gambar seekor gajah sedang menyepak manusia. Kita mati-matian mencari sobekan-sobekan yang hilang untuk membuktikan asumsi kita. Jika sobekan-sobekan itu tidak bisa kita temukan, lebih banyak dari kita kira-kira akan mengambil simpulan yang mana? Apakah si gajah pembunuh atau penyepak bola?  

Permainan puzzle ini mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tekun mengumpulkan setiap kepingnya, teliti dalam menyusunnya, dan sabar untuk melihat keseluruhan gambar. Apa yang terlihat belum tentu adalah yang sebenarnya.             

Sabtu, 11 Juli 2015

Day 30

Tradisi Lebaran Keluarga

Dulu ketika nenek-kakek masih komplit, kita pasti akan kumpul di rumah mereka. Salim dengan seluruh keluarga besar, foto bareng. Tiap tahun foto bareng, sampai akhirnya satu persatu anggota keluarga berkurang. Sedih. Sekarang sih sudah tidak ada sesi foto bareng secara formal lagi. Biasanya kan berdiri berderet rapi depan rumah gitu. 
          Soal hidangan, ya seperti tradisi lebaran di negara ini, ada opor ayam. Nah yang seru, opor ayam a la kedua nenek ini berbeda. Buatan nenek dari papa itu kuah opornya lebih kekuningan, sedangkan buatan nenek dari mama kuahnya lebih pucat. Tapi dua-duanya enak. Kalau di rumah sendiri sih mama bikinnya lebih umum (sesuai mood yang bikin). 
         Kue-kue lebaran kadang saya bikin sendiri kalau lagi kambuh rajinnya. Ada resep turun-temurun dari nenek moyang. Nah kedua nenek juga punya resep kue masing-masing yang diturunkan ke anak cucunya lalu dikomersilkan. Jadilah sepupu-sepupu saya aktif di dunia perkuean sebagai produsen kue-kue lebaran. Kami yang tidak ada bakat dagang, cukup menjadi penikmat saja. Hehe. 
          Lebaran itu momen yang menyenangkan sekaligus membuat sedih, karena bulan ramadhan terasa cepat sekali berlalu dan dari lebaran ke lebaran kita tidak tahu berapa banyak yang akan berkurang ketika ada sanak saudara yang lebih dulu berpulang. 
              Sebagai tulisan terakhir di project menulis bersama ini, saya ingin mengucapkan selamat berlebaran untuk semuanya. Terima kasih sudah berkenan membaca postingan yang cemen ini. Sampai bertemu di project menulis bersama lainnya. Taqobalallohu minna wa minkum syiamana wa syiamakum...
  

Kamis, 09 Juli 2015

Day 28

Lionel Richie

Lagu jadul yang terakhir saya putar di playlist saya itu lagu-lagunya Lionel Richie. Khusus lagu Hello, saya memang punya kenangan istimewa dengan lagu itu. Seseorang pernah menyanyikan sebait lagu itu untuk saya on our first date. Setiap mendengar lagu itu, saya hampir selalu teringat dia. Too sweet to forget... 
Kemarin playlist itu saya putar karena saya butuh suasana yang kondusif untuk tidur, hehe. Itu saja sih... nothing else... 

Honestly isi laptop saya itu nyaris 80% isinya lagu jadul. Lagu-lagu Edith Piaf ada, lagu 60an, 70an, 80an, 90an... semuuuuaaa ada. Yes, I'm jadulers. Haha... 

Rabu, 08 Juli 2015

Day 27

Biskuit Kesukaan

Mmmm... Biskuit kesukaan saya sebenarnya sih biskuit bayi :D 
Entah sejak kapan, saya suka sekali ngemil biskuit bayi. For the brand i love farley most.
Selain biskuit bayi, saya suka ngemil biskuit roma yang malkist crackers.
Saya bukan orang yang terlalu suka menimbun cemilan... Cuma daripada telat makan terus jadi sakit, mending sedia biskuit di tas untuk jaga-jaga. P3K, pertolongan pertama pada kelaparan. 


Selasa, 07 Juli 2015

Day 26

Opini Berita yang Terakhir dibaca


Terakhir tadi saya membaca berita tentang pembalut dan pantyliner yang berbahaya bagi wanita. Berita ini sangat meresahkan saya. Kita sebagai konsumen banyak sekali dirugikan oleh ulah produsen yang tidak bertanggungjawab. Mereka seperti tidak punya keluarga. Saya gemas sekali dengan produsen-produsen nakal yang membahayakan konsumennya. Bagaimana regulasinya sih sampai produk-produk tidak aman ini bisa beredar di pasaran.

Senin, 06 Juli 2015

Day 25

Membuat Kartu Ucapan

  1. Siapkan kertas yang agak tebal, saya sih lebih suka yang dari kertas daur ulang karena teksturnya unik.
  2. Siapkan kertas tissue, boleh juga kertas daur ulang yang lebih tipis dari yang pertama. Lebih banyak warna makin bagus.
  3. Siapkan gunting, cutter, penggaris, pensil, penghapus, lem multi fungsi, tinta warna emas atau silver.
  4. Untuk hiasan siapkan bunga2 kering/ biji2an yg juga sudah dikeringkan (biasa ada di toko yg menjual perlengkapan untuk membuat kerajinan tangan).
  5. Buat bentuk yg diinginkan menggunakan pensil pada kertas dasar (yang tebal tadi). 
  6. Buat bentuk yg sama dengan ukuran lebih kecil di kertas yg lebih tipis.
  7. Gunting masing2 bentuk yg telah dibuat di kertas.
  8. Tempelkan bentuk yg ukuran lebih kecil pada yg berukuran lebih besar.
  9. Hias dengan bunga2 kering dan hiasan lainnya.
  10. Tuliskan ucapanmu pada bagian kertas yg tipis menggunakan tinta berwarna emas/silver tadi.
  11. Kartu ucapan sudah siap.

Minggu, 05 Juli 2015

Day 24

Negara Yang Ingin Dikunjungi : Inggris

Saya ingin sekali melanjutkan studi di Inggris. Alasannya sederhana, karena saya memang selama ini sangat suka dengan band-band Inggris. Selain itu saya melihat kota-kota di Inggris sangat menawan. Saya sering membayangkan tinggal  di salah-satu kota di Inggris, bersama keluarga kecil saya kelak. Inggris bagi saya merupakan tempat yang kondusif untuk membesarkan anak. Tingkat polusi rendah, banyak ruang hijau terbuka, dan tentu anak-anak saya akan lebih mudah menguasai bahasa Inggris sejak dini. Sepertinya menyenangkan piknik bersama anak-anak di pinggir danau dengan pemandangan angsa-angsa yang tengah berenang hilir mudik. Semoga harapan saya benar-benar bisa terwujud segera, aamiin.  

Day 23

My Last Research

Penelitian skripsi saya mengenai cyberwar. Niatnya sih mau membahas perang asimetris, tapi karena literatur mengenai hal tersebut pada saat itu sangat kurang jadi topiknya bergeser sedikit. Pada skripsi saya diulas mengenai hacking yang dilakukan oleh aktor non-negara pada negara. Metode yang dipakai ialah kualitatif deskriptif dengan tehnik pengumpulan data sekunder. Saya menggunakan teori pluralisme dalam membahas peran aktor non negara. Hasil dari penelitian saya memperlihatkan bahwa kegiatan hacking ini mengganggu kestabilan keamanan nasional negara yang menjadi objek hackingnya.  

Day 22

My Handwriting

Lagu ini romantis banget, semoga saya adalah salah-satu alasan kebahagiaan pasangan saya ;)

Lovely Day by Bill Withers


Kamis, 02 Juli 2015

Day 21

Leonardo Dicaprio

Wedeeeeewwww, itu ya yang namanya suka... sukaaaaaaaa bangeeeeeet. Saya mengumpulkan potongan tulisan tentang dia dari berbagai majalah. Sampai saya menganut 3L... Love, Life, dan Leo. Saya sudah suka dia sejak main di serial Growing Pains, lalu di film The Quick and The Dead bersama Sharon Stone. 

Saya tumbuh dengan film-film Leo. Ketika SMA, saya tergila-gila Romeo Montague versi Leonardo Dicaprio. Saking tergila-gilanya sampai mencari pacarpun mirip Leo, yang hingga detik ini belum tercapai karena tak kunjung menemukan yang benar-benar mirip... hahaha. 
Lalu perannya sebagai Jack di Titanic, sukses menghipnotis saya. 
He's damn cute.

Saya menonton nyaris semua film Leo. Sebagai King Louis di The Man in The Iron Mask, kriminal licin di Catch Me If You Can, penduduk asli New York dalam Gangs of New York, lalu Blood Diamond, The Aviator, Shutter Island, Inception, dan Great Gatsby.

Bisa dibilang sampai hari ini saya masih menjadi penggemarnya, walau tidak segila ketika masa remaja dulu.

Day 20

From Where I Stand

Lampu merah simpang Dago. Kenapa istimewa? karena lampu merahnya lamaaaaa banget, bikin stress. Setiap akan ke kampus, saya pasti harus melewati lampu merah ini. Paling sebal kalau waktunya mepet, terus dapat dua kali lampu merah karena antrian mobil yang cukup panjang. Di lampu merah simpang Dago, ada seorang pengamen yang sudah mengamen di sana tidak kurang dari sepuluh tahun lalu. Saya sampai hapal betul dengan pengamen tersebut. Si pengamen juga sepertinya hapal dengan wajah saya. 

Lampu merah simpang Dago oh lampu merah simpang Dago... 

Selasa, 30 Juni 2015

Day 19

Kisah Cinta dari Lirik Lagu


Waduh... Kisah cinta dari lirik lagu. Hmmm... all right...


Namanya berkelip di layar telepon genggam. Ketika tombol yes ditekan, segera suara berat itu menyerbu. Dia senang, bahagia. Ini bahkan belum pukul enam. Hampir setengah jam saling sapa dan berbasa-basi. Tidak sabar untuk segera bertemu, suatu tempat di kawasan Bandung Utara menjadi tempat sarapan bersama pertama mereka. Lelaki itu, on his early of thirty, dengan kaos abu berkerah. Secara fisik memang bukan tipe yang biasanya melelehkan hatinya. Tapi entah bagaimana, si gadis tidak pernah merasakan perasaan sepenuh saat itu. Langkahnya ringan, mata berbinar, dan bibir yang terus menyunggingkan senyuman. Si gadis jatuh cinta.

Lima tahun telah berlalu sejak hari itu. Komunikasi telah terputus sejak lama. Entah lah dia di mana dan sudah bagaimana. Selalu ada keinginan untuk bertemu dengannya lagi. Api cinta itu belum benar-benar padam. Lagu Hello, yang pernah disenandungkan lelaki itu di telinganya, mengalun lembut. Hatinya bagai teriris mendengar setiap bait lagu itu. 

 I've just got to let you know
'cause I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I haven't got a clue
But let me start by saying I love you


Senin, 29 Juni 2015

Day 18

OOTD

Ini setelan ngampus.
Kerudung, harganya lupa tapi belinya di ITC Kuningan. Inner coklatnya itu beli di BIP, harganya juga lupa palingan di bawah 100rb sih. Kalung, koleksi lama. Rompi juga umurnya hampir sama dengan kalung, ada mungkin 8 tahunan. Dua-duanya ga inget harganya. Celana jeans mereknya Free&Free, harganya lupaaaa.. itu celana juga udah lama banget. Tas merek Huer, dapatnya di Kokas, harganya lumayan lah yaaa... sepatu dapat di BIP, harganya 200rb-an kalau ga salah.

Day 17

Alergi

Fyuuuuhhh, alergi. Hmmmm... Debu dan partikel-partikel serupa debu. Alergen yang cepat sekali memicu kambuhnya alergi saya. Secara ringan paling bersin-bersin, hidung meler parah, dan dalam skala berat adalah sesak nafas. Bisa dari apa saja. Misalkan menyapu kamar, mencari baju di lemari, bahkan dari sejumlah uang lecek. Untuk pencegahannya ya paling pakai masker kalau memang mau beres-beres, atau menghindar jika yang beres-beres orang lain di dekat saya. Untuk kasus uang-uang lecek, saya memegang uang ketika memang diperlukan. Jadi saya sih tidak berbakat jadi bendahara yang sedikit-sedikit harus bersentuhan fisik dengan uang.

Bulu kucing dan bulu-bulu lainnya. Saya memang tidak suka kucing, tidak juga suka boneka. Saya tidak punya selimut berbulu-bulu, apalagi jaket bulu. Geli lah kalau soal bulu-bulu begitu. Reaksinya kalau dekat bulu-bulu ya hampir sama dengan yang tadi, bersin-bersin dan sebagainya. Tapi untuk yang ini, bisa sangat parah sekali efeknya. Kucing, sedapat mungkin saya hindari. Boneka dan bulu-bulu lainnya ya saya hindari juga, hehe.

Wortel dan tomat. Di sini saya merasa sedih. Karena sejak kecil terlalu banyak mengonsumsi wortel dan tomat, sekarang saya malah jadi alergi kedua makanan tadi. 





Sabtu, 27 Juni 2015

Day 16

Dance With Wolves

Saya termasuk penggila film, terutama film yang membuat kecerdasan meningkat (walau tidak signifikan). Terakhir kemarin saya baru saja menonton film lamanya Kevin Costner, keluaran tahun 1990. Film ini memiliki jalinan cerita yang cukup mengikat penontonnya walau berdurasi kurang lebih 4 jam. Saya sih asyik-asyik saja, kalau  bisa sih 6 jam sekalian. Hahaha.

Bersetting tahun 1890an, ketika suku Indian terjajah dari tanah leluhurnya di wilayah Amerika. Ceritanya sih hampir mirip The Last Samurai-nya Tom Cruise. Alkisah, John Dunbar seorang Letnan Amerika yang menempati pos tugasnya seorang diri. Teman setianya selama berminggu-minggu adalah kuda tunggangannya dan kemudian seekor serigala yang tiba-tiba menghampiri dan begitu jinak. Dinanti begitu lama, pasukan Amerika tak kunjung datang. Di tengah kejemuan, Dunbar disambangi suku indian. Mengandalkan komunikasi alakadarnya mereka pun berteman.  

Singkat cerita Dunbar ini menjadi "saudara angkat" suku indian di sana. Dia sangat dipercaya dan malah ikut berperang bersama suku Indian. Menjadi menarik ketika Dunbar yang adalah seorang Amerika dihadapkan pada keadaan dimana dia yang telah menjadi setengah indian (Dance With Wolves adalah nama indian dari John Dunbar) harus melawan pasukan Amerika yang menganggapnya berkhianat pada negara.

Film ini menggambarkan bagaimana pelik dan dilematisnya mencoba membangun harmoni antara ras yang berbeda, yang mana sarat akan konflik kepentingan. Saya sih sangat menikmati 4jam yang disuguhkan. Saya hadiahi 4 bintang deh untuk skala 1- 5. Adegan actionnya lumayan, dramanya juga dapat, Kevin Costnernya ajib banget sebagai sutradara sekaligus pemeran utama. Pantas film ini menyabet 7 Oscar.    

Jumat, 26 Juni 2015

Day15

My Collection

Kalau saya bilang koleksi saya adalah buku, rasanya telalu mainstream, hehe. Tapi memang buku adalah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan barang lainnya di kamar saya. Bisa sampai ratusan lah ya.

Di sini, saya tidak ingin membahas buku sebagai koleksi saya. Selain buku ada lagi koleksi saya lainnya, yaitu sepatu. Tidak sampai seperti yang dimiliki oleh Imelda Marcos juga sih banyaknya. Tapi lumayan lah, buat saya ya cukup banyak juga. Kalau ada semuanya, mungkin bisa sampai 40 pasang. Karena saya pindah-pindah tempat  tinggal, jadi banyak yang tercecer. Beberapa malah sengaja saya tinggalkan di rumah kos yang pernah saya tempati.

Belanja sepatu itu membahagiakan. Apalagi ketika dapat model sepatu persis seperti yang diinginkan. Kadang saya malah membeli dua pasang sepatu model yang sama dengan warna berbeda, atau bahkan model dan warna yang sama. Sepatu yang nyaman dan cantik membuat saya lebih percaya diri. Biasanya saya memilih yang bertumit tinggi. Model haknya bisa macam-macam, tapi favorit saya adalah stiletto yang runcing.

Jenis koleksi sepatu saya macam-macam. Tergantung untuk dipakai ke mana dan kegiatan apa. Secara umum sih saya suka yang berbahan suede dan kulit. Warna coklat mendominasi koleksi sepatu saya. Harganya beragam, ada yang murah dan ada juga hasil menabung cukup lama. Merek favorit sih tidak ada, asal cocok dan enak dipakai ya saya beli.

Kamis, 25 Juni 2015

Day 14

90’s Memory

Sepertinya tema ini adalah tema yang paling saya sukai, kenangan dari era 90an. Filmnya, musiknya, makanannya, semuanya sangat membekas di hati. Ihhiiiiiwww.
Okay, mari kita kupas satu per satu...

1.       Film
Catatan si Boy, dengan onky Alexander sebagai pemeran utamanya. Siapa tak kenal dia, pemuda tampan, kaya raya, dan juga sholeh. Cuma sayang heart breaker banget. Lupus, adalah film favorit saya dari era 90an. For me, Ryan Hidayat is the most charming actor ever. Lupus paling pas diperankan oleh Ryan Hidayat. Film Trio Warkop menjadi film keluarga yang banyak ditunggu setiap lebaran, termasuk di era 90an. Selain film-film tadi tentu banyak film impor yang menjadi ikon 90an, misalnya Forrest Gump,  Romeo&Juliet, Titanic, dan lain-lain.
2.       Musik
Di Indonesia, pada era itu sedang terkena ‘demam’ musik melayu. Anak-anak SD pun mendendangkan Isabela dengan lirihnya, seolah pernah mengalami kisah cinta dua dunia. Selain itu ada judul-judul lagu melayu yang menggelitik semacam gerimis mengundang dan suci dalam debu. Ayo, yang di era 90an sudah mulai lincah, jangan pura-pura tidak pernah menyenandungkan lagu-lagu tadi (secara sengaja atau tidak disadari). 
Kalau selera impor, 90an adalah surganya. Ada Duran Duran, NKOTB, Spin Doctor, Nirvana,  Band-band Inggris semacam Oasis dan Blur, dan  banyak lagi. Oh iya, last but not least era 90an adalah eranya MTV yang dipunggawai Sarah Sechan, Utt, Jamie Aditya, Nadya Hutagalung.  
3.       Mainan
Ding-Dong itu sangat 90an, walau saya pribadi sih tidak pernah ya memainkannya. Tetris mungkin mainan paling hits saat itu.  Game watch yang biasa disebut gimbot juga kenang-kenangan dari era 90an satu gank dengan nintendo bersama mario brosnya. Untuk penggemar game komputer pasti mengenal game karateka dan prince persia.
4.       Fashion
Sepatu Docmart, kemeja flanel motif tartan, celana jeans model baggy atau celana hipster yang bagian bawahnya terinjak-injak. Mengaku saja lah, paling tidak satu dari item- item tadi pernah menjadi penghuni lemari atau rak sepatu kita- kita yang tumbuh di era 90an.
5.       Makanan
Coklat ayam, wafer superboy, permen zuper-zuper yang super asem, poprock yang meledak-ledak di mulut, jagoan neon yang bikin lidah warna-warni, permen karet  yosan, krip-krip rasa keju, chiki balls berhadiah tazos, kripik kentang chuba, dan banyak lagi makanan yang bercita rasa masalalu.

Kembali ke 90an menyisakan kerinduan akan segala hal yang datang dari masa itu. Andai bisa mengulang, saya akan mengulangnya lagi dan lagi dan lagi. Hahaha.



Rabu, 24 Juni 2015

Day 13

5 Hal Yang Dihindari

  1. Segala hal yang menjadi pencetus alergi dan asma. Kalau alergi dan asma saya kambuh akan sangat merepotkan. Sedapat mungkin saya menghindari alergennya, lebih baik mencegah daripada mengobati. 
  2. Lupa membawa hand sanitizer, tissue basah, dan uang.
  3. Menumpuk cucian kotor.
  4. Binatang melata.
  5. Segala hal yang berdampak buruk bagi kesehatan, misalnya : begadang, gorengan, dan soda. 

Selasa, 23 Juni 2015

Day 12

Menu Seafood Favorit

Sebenarnya saya itu pecinta makanan laut, sayangnya saya punya alergi pada beberapa makanan laut. Saya tidak bisa makan udang dan kerang. Saya hanya bisa menelan ludah ketika keluarga saya makan udang yang besar-besar, nasib. 

Saya suka sekali cumi, kepiting dan ikan. Saya hampir selalu pesan cumi goreng tepung di manapun ada menu itu. Kalau untuk kepiting, hanya bisa saya pesan kalau makan bareng-bareng. Agak repot dan risih ya makan kepiting sendirian. Khusus kepiting, saya harus ekstra hati-hati. Jika membersihkannya kurang bersih saya bisa alergi. 

Ikan adalah menu paling istimewa. Saya suka ikan apapun dimasak bagaimana saja saya tidak akan menolak selama itu enak. Saat paling menyenangkan adalah ketika makan bersama di restoran khusus hidangan laut, kita bisa saling coba berbagai menu. 



Senin, 22 Juni 2015

Day 11

Jakarta

Jakarta, kota yang sentimentil untuk saya. Kota yang menempa saya untuk menjadi mandiri, kuat, dan logis. Jakarta, kota sejuta warna dan kenangan. Hanya satu modal paling berharga saya untuk bekal hidup di Jakarta yang katanya keras, berbaik sangka. 

Saya ingat bagaimana adik saya mengantar saya pindah ke Jakarta. Kami berdua naik travel dan tidak yakin harus turun di mana, saya hanya sekali melihat tempat kos yang akan ditinggali jadi lupa-lupa ingat di mana letaknya. Untungnya kami tidak sampai harus kesasar dan luntang-lantung. Tidak sampai satu jam setelah dia pulang, saya langsung dicekam rasa ingin ikut pulang. Pertama menapaki hari-hari di Jakarta adalah masa-masa yang cukup berat bagi saya. Dari minggu ke minggu terasa sangat lama.

Kali kedua mendapat pekerjaan di Jakarta saya mulai merasa nyaman. Mendapat suasana kos seperti yang saya harapkan, teman-teman kos yang seperti keluarga. Minggu ke minggu terasa begitu cepat, berbanding terbalik dengan sebelumnya. 

Jakarta dan metromini. Semua yang pernah menjadi penumpang metromini di Jakarta pasti tahu sensasinya yang luar biasa. Kita harus naik dengan sigap dan turun dengan lincah. Makin sering naik metromini kita akan makin kebal dengan pengamen yang nyinyir, kondektur dan supir bermulut setajam silet, dan tentu laju metromini yang melesat bagai di arena F1.

Jakarta dan fashion. Banyak sale barang-barang branded, itu yang paling saya sukai dari Jakarta. Berkeliaran berburu Nine West, Elle, dan berbagai merek favorit. Jika banyak orang bilang Bandung surga belanja, saya malah lebih suka berbelanja di Jakarta. 

Jakarta, panas, gerah, bikin putih. Selama saya tinggal di Jakarta, kulit saya memang lebih bersih dan cerah. Jika orang-orang mengeluh Jakarta panas, saya sih sejauh ini nyaman-nyaman saja. Tapi memang saya tidak pernah tinggal di wilayah Jakarta Utara atau Barat. 

Banyak tempat di Jakarta yang sangat saya rindukan. Saya rindu Sarinah dan bubur Udin, Kuningan City dengan gerai Nine West dan dimsumnya Imperial Kichen. Gramedia Matraman yang luas. Nonton film di Setiabudi One. Pasaraya grande dengan koleksi sabuknya. Saya rindu sekali.

Selamat ulang tahun Jakarta, semoga makin cantik dan menyenangkan. Monorelnya segera rampung dan beroperasi. Jangan banjir-banjir lagi. Semua doa baik untuk Jakarta dan warganya.

Minggu, 21 Juni 2015

Day 10

Animasi favorit : Candy Candy

Candy Candy tayang di salah-satu televisi swasta pada era 90an. Hampir seluruh anak perempuan di masa itu yang berusia 10-15th familiar dengan film kartun ini. Saya sendiri ketika itu masih SMP. Setiap hari minggu pukul 08.30 setelah film Doraemon, saya sudah stand by di depan tv (serius, tidak bisa diganggu).

Candy candy bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Candy, tinggal di panti asuhan, memiliki seorang sahabat bernama Annie yang setelah diadopsi oleh keluarga kaya ogah ngaku pernah tinggal di panti asuhan.

Bagi saya, yang amat mengharu biru, adalah kisah cinta Candy dengan Anthony. Ketika Anthony meninggal setelah terjatuh dari kuda, saya ikut-ikutan muram dan sedih berhari-hari bahkan masih suka sedih sampai sekarang kalau ingat tragisnya cinta pertama Candy. Saya dan juga mungkin penggemar Candy lainnya, sangat berharap entah bagaimana Anthony hidup lagi.

Selain Anthony, ada satu tokoh eksentrik bernama Terry. He's so damn handsome. Awalnya Candy dan Terry selalu tidak bisa akur bila bertemu, tapi kemudian malah saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi kisah cinta Candy tidak berjalan mulus, bahkan kemudian karam. 

In the end sebenarnya cerita Candy Candy ini punya akhir yang bahagia. Candy bertemu dengan cinta sejatinya, yang ternyata cinta lama jauh sebelum Anthony hadir. Tapi mungkin karena terlalu berliku jadi saya yang mati rasa, haha.

Walau kadang ingin menonton lagi dari awal, mengingat begitu rumit dan pelik kisah si Candy ini saya yang sekarang sih cenderung malas ya menonton Candy Candy. Tapi bagaimanapun Candy Candy memang memorable.

Sabtu, 20 Juni 2015

Day 9

30 Facts about Miranti

  1. Saya lahir ketika usia kandungan mama baru 7 bulan.
  2. Saya lahir di kamar nenek, dibantu kelahirannya oleh nenek karena beliau bidan. Tapi setiap berantem dengan papa saya selalu bilang mungkin saya ini anak yang tertukar. Lalu nenek bilang mungkin tertukar dengan kucing.
  3. Saya anak pertama dari empat bersaudara.
  4. Saya begolongan darah A
  5. Katanya zodiak aquarius dan golongan darah A adalah paduan yang luar biasa complicated.
  6. Saya bisa membaca di usia 3 tahun, tapi berakting belum bisa membaca sebagai bentuk solidaritas ketika di kelas 1 SD teman-teman saya belum bisa membaca.
  7. Saya masuk SD di usia 5 tahun.
  8. Saya pecandu buku, pergi ke mana pun selalu harus membawa buku. Bisa sakau kalau sampai tidak ada satupun buku yang bisa dibaca dalam perjalanan jauh.
  9. Saya sangat repot untuk urusan kamar mandi. Bak harus bersih, gayung harus disimpan di sisi bak (jangan sekali-kali dibiarkan berenang-renang di dalam bak seusai dipakai).
  10. Saya punya berbagai sandal di rumah. Sandal untuk ke kamar mandi yang harus sandal plastik, dan sandal untuk di dalam rumah yang harus khusus seperti sandal hotel.
  11. Saya penyuka wortel yang akhirnya menjadi alergi wortel karena terlalu banyak makan wortel.
  12. Saya tidak bisa makan kerang dan udang.
  13. Saya cinta sekali segala makanan dan minuman yang merupakan turunan dari susu. Waktu balita saya sangat gembil karena suka menggado susu bubuk berbungkus-bungkus setiap harinya.
  14. Saya sangat tidak suka minum teh manis.
  15. Saya pertama membuat puisi di usia tiga tahun.
  16. Ayah saya seorang musisi, roker. Kecintaannya pada musik menular pada saya dengan berbagai genre musik yang mewarnai playlist saya.
  17. Ketika SMP dan SMA, saya suka menjarah baju-baju papa.
  18. Saya dan papa seperti pinang dibelah dua, orang-orang bilang sangat mirip. Apalagi ketika SMA potongan rambut saya sama dengan papa. 
  19. Saya suka menonton film horor.
  20. Saya cinta sekali ibu saya. I'm nothing without her. Pulang ke rumah tidak ada artinya kalau tidak menemukan mama di sana. Tapi saya juga adalah anak yang paling sering berselisih paham dengan beliau, walau tidak pernah lama.
  21. Coklat adalah warna paling keren.
  22. Saya sering diomeli dan kucing-kucingan dengan guru BP ketika SMA karena bandel pakai sepatu warna coklat ke sekolah, padahal diwajibkan bersepatu hitam.
  23. Saya pernah digelari ladies mading karena suka sekali membuat dan mengisi mading di sekolah.
  24. Saya menonton hampir semua filmnya Benyamin Sueb.
  25. Sepatu adalah must have item yang paling menggoda iman.
  26. Saya pecandu kursus. 
  27. Saya tidak pernah suka pelajaran kimia.
  28. Saya mulai berkerudung ketika kuliah semester lima, dan itu berarti 14tahun lalu. Terasa seperti baru kemarin.
  29. Saya selalu membawa hand sanitizer dan tissue di dalam tas.
  30. Saya sedang berusaha konsisten dalam kegiatan menulis. Tantangan 30 hari menulis ini adalah salah satu bentuk komitmen saya untuk bisa disiplin menulis, walau tetap masih ada saja bolongnya.

Day 8

Imaginary Story About Random Stranger

Hari itu adalah hari yang terik. Seorang nenek renta, berbaju lusuh dengan kerudung sekenanya, mengais-ngais sampah di jalanan. Botol-botol air mineral, kaleng-kaleng, semua berjejalan di karung yang disandangnya. Walau kaki terasa perih karena sendal jepit yang dipakai sudah begitu tipis, nenek itu terus berjalan. 

Suaminya telah lama meninggal karena sakit. Sepeninggal anak perempuan satu-satunya yang dibawa merantau ke ibukota oleh sang menantu, dirinya harus menyambung hidup dengan apapun pekerjaan yang masih sanggup dilakukannya. 

Seorang tetangga, mengajaknya menjadi pemulung, hasilnya memang hanya cukup untuk makan tapi itu masih lebih baik baginya daripada menjadi peminta-minta. Pagi-pagi sekali setiap hari si nenek sudah mulai "berdinas". Dia dengan tetangganya sepakat bertemu ba'da dzuhur di depan gedung sate, Tetangganya selalu khawatir jika nenek renta ini sedang mengais sampah sendirian, takut tiba-tiba terjadi sesuatu. Berulang kali dia berpesan agar si nenek hati-hati, dan jangan sampai terlewat berhenti dari angkot nanti. 

Sudah hampir dzuhur menurut perkiraan si nenek, ia bergegas menunggu angkot menuju arah gedung sate. Angkot yang dinaiki hanya berisi tiga penumpang termasuk dirinya. Dengan sungkan, duduklah si nenek di dekat pintu. Seorang anak gadis segera bergeser jauh ke belakang ketika nenek ini naik. Mungkin baju dan tampilan si nenek yang terkesan kotor dan jorok membuat si gadis risih. Satu penumpang lain seorang laki-laki muda, dia terlihat acuh. Tak seberapa jauh, naik ibu-ibu dan anak perempuannya. Mereka melirik si nenek sekilas, merasa agak iba.

Tepat di samping gedung sate, si nenek tergesa turun. Takut tetangganya menunggu lama, diangsurkannya uang lima ribu pada supir. Dia lalu berlari tanpa memperdulikan panggilan supir dan penumpang lain di angkot, dia berhak atas uang kembalian dua ribu rupiah. 

*terinspirasi nenek-nenek yang ditemui beberapa kali di angkot

Semoga Allah memuliakanmu, Nek.   


Kamis, 18 Juni 2015

Day 7

My First HP

Handphone pertamaku ituuu...
Noh! kurang lebih seperti itu tampilannya.

Dikasih papa waktu kuliah semester pertama. Supaya bisa berkomunikasi sama orang rumah, karena waktu itu saya tinggal di asrama kampus. Ini henpong beratnya yu mari mari deh, kalau dipakai nimpuk kepala orang lumayan bikin gegar otak.

Sebenarnya pada saat itu, sudah ada juga sih handphone yang lebih kecil dan keren. Sebagai mahasiswa baru tanpa penghasilan, apa boleh buat, itu yang dikasih ya itu yang dipakai daripada tidak ada sama sekali. Walau ketika berbunyi, saya sembunyi-sembunyi menerima panggilannya. Hahaha...


Ada satu handphone lagi yang istimewa kehadirannnya dalam hidup saya. Bisa dibilang ini adalah handphone pertama saya yang "agak" wajar. Gambar di bawah hanya untuk mengilustrasikan, bedanya handphone saya berwarna putih dan sekarang sudah entahlah dimana.
Saya memakai handphone seri ini 15 tahun lalu. Actually, saya suka bentuknya yang unik. Agak besar sih memang, tapi jauuuuh lebih ringan dari yang sebelumnya.
Fungsinya, hanya untuk menerima atau melakukan panggilan telepon  dan sms-an.
Pada saat itu boro-boro ada fitur untuk selfi-selfian dan berkeliaran di medsos, tapi hidup menjadi lebih sederhana. :) 

Rabu, 17 Juni 2015

Day 6

My "Favorite" Disease

Penyakit kaporit eh favorit? masuk angin!

Mungkin karena faktor U ya, akhir-akhir ini makin sering masuk angin. Pulang dari kampus terlalu malam, masuk angin. Lupa pakai kaos dalam, masuk angin. Tidur terlalu heboh terus perutnya kebuka-buka, masuk angin. Mandi kelamaan, masuk angin. Telat makan, masuk angin. Hmm...

Sebenarnya saya tidak begitu mengerti secara medis masuk angin itu apa sih. Kalau hasil googling tentang masuk angin, katanya begini :

http://www.kompasiana.com/dr.kosasi/masuk-angin-sakit-apa-sebenarnya_5529039f6ea834767b8b45d4

Karena mengingat tidak enaknya masuk angin, sedapat mungkin saya menghindari segala hal yang bisa menyebabkan masuk angin. Daripada saya repot sendiri. Maklum namanya juga remaja, hehe.




Selasa, 16 Juni 2015

Day 5

How do I Like My Tea/Coffe

Ketika dapat tema ini, jujur saya bingung. Saya bukan penggemar teh apalagi kopi. Kalaupun saya meminum teh, itu adalah jenis teh hijau dan bisa dibilang sangat jarang. Kecuali ketika saya memang memerlukannya, misalnya teh jati belanda ketika butuh menguruskan badan secepat-cepatnya, hehe. For me, it works!

Untuk urusan minum, saya sangat sederhana. Tidak minum soda dan sirop, Saya tidak suka teh manis. Minum kopi membuat perut saya terasa tidak karuan. Saya lebih suka minum air putih biasa. Tapi jika sangat terpaksa, saya pilih teh tawar hangat atau yang paling ekstrim ya lemon tea. 

Kalaupun ada minuman selain air putih yang paling saya sukai, itu adalah susu dan coklat panas. Tapi saya hanya meminumnya ketika memang sedang ingin. Saya suka susu putih plain tanpa tambahan gula.

Hampir seluruh anggota keluarga saya suka minum teh manis. Saya gagal paham kenapa mereka suka sekali teh manis. Menurut saya rasanya aneh.

Karena pada tulisan ini saya harus memberikan tutorial, baiklah saya berikan tutorial singkat membuat seduhan teh hijau a la saya.

Pertama-tama tentu siapkan teh hijaunya, karena kita akan membuat seduhan teh hijau.
Kemudian sediakan mug atau gelas.
Setelah itu siapkan air panas.
Masukan daun teh yang telah dikeringkan kira-kira segenggam ke dalam mug, tuangkan air panas, lalu diamkan setidak-tidaknya setengah jam. Seduhan teh hijaupun siap diseruput. Selamat mencoba!


   

Senin, 15 Juni 2015

Day 4

Buku yang Terakhir dibaca : Hannibal

Buku yang terakhir dibaca... Mmm.. buku kuliah, haha.
Okay, kalau harus yang benar-benar terakhir sih sepertinya kurang menarik untuk dikupas ya. 
Tidak terakhir-terakhir amat sih ini, tapi bisa dibilang novel terakhir yang selesai dibaca bahkan dibaca ulang dan ulang dan ulang.

Judulnya Hannibal, karya Thomas Harris. Prekuelnya berjudul Hannibal Rising.
Saya tertarik membaca kedua buku itu setelah menonton film Silent of The Lamb yang diadaptasi dari salah satu buku karya Thomas Harris dengan tokoh utamanya dr.Hannibal Lecter. Di sini diceritakan bagaimana awal mula Hannibal bertemu dengan tokoh Clarice Starling, seorang agen FBI yang memikat.

Hannibal adalah genius yang sangat teliti dan rapi dalam setiap pekerjaan. Dia seorang dokter yang hebat. Hanya pada Hannibal, saya malah cenderung membela tokoh antagonis yang adalah pembunuh berdarah dingin. Dari pandangan saya, Hannibal membunuh tidak tanpa alasan. Selalu ada kisah di balik terbunuhnya korban. Memang caranya menghabisi korban sangat mengerikan, tapi dilakukan dengan begitu cermat.  Tidak hanya membunuh, dia pun memakan bagian tertentu dari tubuh korbannya, dan pinggul manusia adalah bagian terenak.

Pada buku yang terakhir saya baca ini, mengungkap hubungan romantik antara Hannibal dan Clarice Starling. Diceritakan juga bagaimana Hannibal diburu dengan nilai fantastis, dimana justru pemburu-pemburunya lah yang mati mengenaskan.

Buku ini sudah difilmkan dengan judul yang sama. Untuk yang malas baca bukunya karena memang cukup tebal, bisa langsung menonton filmnya. Saya pribadi sih agak kecewa dengan filmnya karena tidak sesuai dengan apa yang saya imajinasikan setelah membaca bukunya. Banyak bagian yang hilang, padahal menurut saya justru bagian itu paling menarik. 

Bagi penggemar kisah mendebarkan namun seru, buku ini layak dibaca. Sekalian dengan tiga buku lainnya, supaya lengkap. :)







Minggu, 14 Juni 2015

Day 3

Ohh, My Cimon...

Cinta Monyet... 
Hehehehe... 

Kakek saya - semoga Allah memberkahi beliau- adalah orang yang sangat disiplin dan tegas, tipikal seorang tentara. Waktu balita, saya tinggal bersama kakek dan nenek. Kakek tidak mengijinkan saya main ke luar rumah. Saya versi unyu-unyu ini merasa sangat penasaran dengan apa yang ada di luar sana. 

Entah bagaimana, suatu hari saya berhasil kabur ke rumah tetangga. Umur saya pada saat itu baru empat tahun. Tetangga kakek saya ini punya dua orang anak lelaki, salah satunya mungkin lebih tua satu- dua tahun dari saya. Itu lah pertama kali saya punya teman. Kaburnya saya, akhirnya diketahui kakek. Saya dibawa pulang dan dikurung di garasi. Tapi setelah peristiwa 'pemberontakan' itu, saya jadi punya teman sekongkol.

Kami biasa main bertiga dengan adiknya di teras rumah kakek. Kami jarang mengobrol, dan memang kami mungkin belum mengerti konsep mengobrol. Kami hanya main bersama.
Ketika si anak tetangga mulai sekolah, saya kembali main sendirian. Melihat dia pergi sekolah, membuat saya ingin sekolah juga. Dengan semangat setiap pagi saya menggendong tas, walau hanya sampai pintu pagar. Mungkin Ibu saya tersentuh melihat saya memandang ke jalan dengan tatapan nanar.  Maka sekolah lah si unyu-unyu ini di usia yang sebenarnya belum cukup untuk masuk sekolah.

Keadaan ekonomi yang semakin membaik, membawa kami sekeluarga pindah ke rumah baru. Saya sudah tidak bertemu lagi dengan si anak lelaki itu. Saya dengar dia pindah ke Jakarta. 

Ketika kelas 1 SMP, saya menghabiskan liburan di rumah kakek. Setelah sekian lama, baru kali itu saya melihat lagi si anak tetangga. Dengan tampang yang super cuek dia bersepeda di depan saya dan kakek, tanpa menyapa kami sama sekali. Baru kali itu saya melihat mukanya dengan lebih jelas, ingatan masa kecil saya tentang dia samar-samar. 

Menginjak SMA, dia kembali bersekolah di Bandung, saya pun sudah kembali tinggal di rumah kakek. Kali ini, kami mengulang berkenalan secara pantas. Virus cimon rupanya menjangkiti kami. Lucu jika ingat bagaimana kami janjian untuk pergi bersama. Kalau kata lagu sekarang sih "Pacar Lima Langkah", karena rumah kami memang satu tembok. Mau bertemu  ngesotpun sampai. 

Cimon ini tidak bertahan lama, ya namanya juga cinta monyet...

Sekarang orangnya sudah dua kali menikah, ihhhiiiiwww.


   

Day 2

Doa Kesukaan

Sebagai mahluk yang "aku mah apa atuh", nyaris di setiap kesempatan kita berdoa. Doa membuat kita lebih memiliki harapan. Dari semua doa yang dipanjatkan, ada doa yang paling sering dirapalkan. Bagi saya, doa kesukaan saya adalah : 

Intinya sih memohon keselamatan dalam agama yang lurus, sehat jasad, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang berkah, taubat sebelum maut, rahmat ketika maut datang, ampunan setelah kematian, dan dilembutkan pada saat sakaratul maut, lalu dimudahkan pada saat hisab.

Dalam doa tadi, sudah mencakup hampir semua yang dibutuhkan manusia.

Biasanya saya lanjutkan dengan doa ini :

Supaya saya tidak kembali "ngaco", maklum lah masih manusia biasa yang mudah digoda ini-itu. Hehe. 

Mengingat berdoa adalah salah satu hobi saya, tentu ada banyak doa lainnya. Tapi kedua doa di atas mungkin yang paling istimewa.

Semoga bermanfaat ya...  
  

Jumat, 12 Juni 2015

Day 1

My Bag

Isi tas? Hmmm... The first thing is hand sanitizer, terima kasih untuk siapapun yang telah menjadi penemunya. Hand sanitizer ini laksana penyelamat bagi tipe orang yang sok higienis seperti saya, hehe. Ehh, anyway... memang siapa sih penemu hand sanitizer? Ada yang tahu?
Saya hampir tidak pernah pergi tanpa membawa benda yang satu itu di dalam tas. Tidak Pede kalau sampai tertinggal.
                Aneka Tissue, dari mulai tissue basah biasa, tissue basah khusus wanita, tissue kering tanpa parfum, semua ada di tas saya. Saya sulit membayangkan jika tiba-tiba kebelet di suatu tempat entah di mana yang ternyata toilet-nya kering tak berair dan tanpa selembarpun tissue tersisa. Pokoknya aneka tissue itu harus selalu ada di tas saya, itu harga mati.
                Dompet saya hampir tidak pernah tipis, selalu menggembung. Isinya? Macam-macam. Inginnya sih gembung dengan uang ya. Bagaimanapun usaha saya menyortir isi dompet, masih begitu saja. Alhasil, dompet menjadi penyumbang terbesar atas beban berat di tas. Akhir-akhir ini, jika sekiranya hanya pergi ke satu tempat tujuan, saya lebih suka hanya membawa dompet koin yang lebih simpel dan ringan.
                Mengingat cuaca sekarang yang tidak menentu, membawa payung membuat saya merasa lebih tenang ketika bepergian. Payung nyaris tidak pernah absen sebagai penghuni tas saya. Bicara tentang payung, saya baru tahu kalau payung yang kekinian itu terbagi menjadi dua jenis yaitu payung panas dan payung hujan. Wah, ribetnya. 
                Penghuni tetap lainnya di tas saya adalah block note atau buku catatan kecil beserta pensil dan pulpen. Jadi ketika bosan di perjalanan, saya bisa baca-baca apapun yang tertulis di dalam buku catatan kecil itu. Ketika ada hal-hal yang perlu dicatat, saya tidak usah mencari-cari pulpen dan kertas lagi. Semua untuk efisiensi sih.
                Hand phone, earphone, dan tablet. Tiga sekawan itu selalu bersama-sama ikut ke sana kemari bersama saya. Tidak perlu saya jelaskan kegunaannya kan? Rasanya sekarang ini masyarakat  di perkotaan sangat akrab dengan ketiga barang tadi. Mati gaya kalau di keramaian hanya kita yang tidak memegang gadget, untuk berbagai alasan lah ya.     
                Okay, itu saja sih isi tas saya. Segitupun beratnya sudah ampun-ampunan. Sebenarnya masih banyak barang yang ingin saya bawa di tas, macam kantong doraemon. Melengkapi ke-sok higienis-an, saya masih mencari packingan yang manis dan super ringan berisi sendok, garpu dan pisau. 
                   Now, let’s talk about the bag. Saya punya beberapa tas, yang paling sering saya pakai sih  tote bag. Besar, banyak kompartemen dan muat membawa ini-itu. Beberapa tas tidak bertahan lama karena peralatan perang yang tidak bisa saya kurangi. Teman saya bilang cocoknya saya bawa karung goni. Bersyukur tas terakhir cukup awet.   
                That’s about my bag... how about yours?