Tadi pagi,
tidak sengaja saya melihat tayangan di televisi. Seorang ustadz menceraikan
istrinya hanya melalui bbm. Saya penasaran, memang istrinya seperti apa sih. Rasa
penasaran saya segera terjawab, ternyata istri yang diceraikannya itu cantik
sekali dan berhijab syar’i dengan sangat rapi, belakangan malah telah
mengenakan burqo. Kening saya berkerut, ada apa dengan para lelaki sekarang
ini. Diberi istri cantik dan sholihah, masih saja tidak merasa cukup. Jika
mencari kesempurnaan, tentu tidak akan pernah menemukan akhir. Selalu ada
langit di atas langit. Mau mencapai langit yang seberapa tinggi? Tidak takut
jatuh? semakin tinggi tentu akan terasa semakin sakit ketika jatuh.
Tidak bijak rasanya jika hanya mengkritisi dari sisi lelaki, mari kita
coba lihat dari sisi perempuannya itu sendiri. Jika menilik dari kasus istri
ustadz tadi, sang istri mengatakan bahwa alasan dirinya memilih ustadz tersebut
sebagai suami adalah karena dia menganggap sang ustadz memiliki pengetahuan
agama dan akhlaknya yang baik, yang dengan itu diharapkan dapat membimbing dan memperlakukan
pasangannya secara baik pula. Nah, menurut saya di sinilah awal ‘kesesatan’
kita sebagai perempuan. Kenapa saya katakan sesat, karena dengan harapan
seperti itu secara tidak sadar kita telah menggantungkan harapan pada selain
Allah.
Saya jadi teringat dengan seorang kawan yang telah lebih dulu berpulang
ke rahmatullah, semoga Allah memuliakan dan memberikan tempat yang lapang di
sisi-Nya, kawan saya yang insya Allah sholihah ini memberi saya nasihat
berharga yang baru saya pahami benar maknanya setelah bertahun-tahun
kepergiannya. Dia menasihatkan pada saya, bahwa ketika kita menikahi seseorang hendaknya kita tidak menggantungkan harapan
apapun padanya. Misalkan berharap dia akan membimbing kita masalah agama.
Berharaplah hanya kepada Allah, itu pesannya. Jika butuh dibimbing, mintalah
bimbingan dari-Nya langsung. Menjadi baiklah dan tetap baik dengan siapapun
kita berpasangan kelak, jangan berubah dan jangan pernah tergoyah oleh apapun.
Saya sangat suka menguraikan sesuatu menggunakan analogi. Jika hidup ini
dianalogikan sebagai sebuah perjalanan, tentu akan sangat menyenangkan jika
kita mendapat teman seperjalanan yang mengasyikan, yang pandai membuat
perjalanan jadi tidak membosankan dan bersamanya kita jadi terus bersemangat
melakukan perjalanan tersebut sampai akhir. Tapi kita tidak bisa memastikan
teman seperjalanan seperti apakah yang kelak akan kita dapatkan. Lalu, jika
ternyata kita mendapat teman seperjalanan yang tidak seperti keinginan kita
atau jauh dari apa yang kita harapkan, apakah kita bisa memilih untuk
menghentikan perjalanan? Tentu kita akan tetap harus melakukan perjalanan itu
sampai akhir, dengan atau tanpa teman seperjalanan. Tapi memiliki seorang teman
di samping kita, bagaimanapun keadaannya, tentu akan masih lebih baik daripada benar-benar
sendirian. Itu adalah satu hal yang patut disyukuri.
Berumah-tangga adalah sebuah perjalanan istimewa yang Allah berikan untuk
kita. Untuk perjalanan istimewa ini, kita dihadiahi seorang teman seperjalanan.
Dalam kalam ilahi, dikatakan bahwa kita akan berpasangan dengan seseorang yang
‘serupa’ kita.
Kita semua, baik itu lelaki atau perempuan, tentu mengharap akhir yang
baik dari kehidupannya. Apalagi yang lebih baik dari surga. Bagi saya, lelaki
adalah partner yang Allah pilihkan untuk menjadi teman seperjalanan hingga
mencapai surga-Nya. Idealnya, kita akan saling menguatkan, saling menyemangati,
dan berbagi. Tapi apapun keadaannya, saya adalah penolong bagi diri saya sendiri.
Saya tidak akan menjadi lemah hanya karena dia tidak menguatkan saya. Jika dia
bukan penyemangat yang baik, saya akan menyemangati diri saya sendiri dan
menularkan semangat itu padanya. Kendatipun dia bukan seorang yang suka
berbagi, maka saya akan tetap berbagi segala kebaikan dengannya. Setelah segala
doa dan ikhitiar saya, dialah yang saya dapatkan, maka dialah jalan surga saya.
Jangan tergantung pada seperti apa dia, dengan siapapun kelak kita berpasangan
tetaplah berakhlak baik karena Allah.
Wallahu a’lam
bishowab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar