Minggu, 20 Desember 2015

Kepingan Puzzle

Puzzle adalah mainan yang paling saya suka ketika kecil dulu. Menyusun tiap kepingnya hingga menjadi satu gambar utuh memberikan kesenangan tersendiri. Makin tinggi tingkat kesulitannya, makin lah saya tertantang untuk menyelesaikannya. Kita harus bisa menemukan dan memasang dengan benar setiap keping puzzle itu untuk dapat melihat keseluruhan gambarnya dengan jelas.   
                Ketika dewasa, saya melihat serangkaian kejadian yang kita alami dalam hidup ini serupa dengan keping-keping puzzle. Sayangnya, di usia sekarang ini, saya seringkali tidak sabar menunggu setiap keping puzzle itu terbuka semua untuk sebuah gambar. Saya terburu-buru menginterpretasi, kemudian mengambil kesimpulan ngawur yang berujung pada keputusan dan tindakan yang salah, lalu di akhir menyesalinya.
Saya analogikan seperti ini, kita sedang menyusun puzzle dari sobekan gambar seekor gajah yang sedang menyepak, ketika sobekan-sobekan gambar itu belum ditemukan semua kita tidak bisa menyimpulkan gajah tersebut menyepak untuk menyerang atau untuk bermain bola. Jika gambar ini akan dijadikan dasar untuk memutuskan apakah si gajah adalah hewan yang harus dibunuh karena telah menyerang manusia, kita tidak bisa langsung mengambil keputusan hanya dengan melihat kakinya yang sedang menyepak, sementara apa yang disepaknya belum diketahui. Jika lalu memutusakan membunuh si gajah dan kemudian ternyata yang disepaknya adalah bola, kita tidak mungkin menghidupkan lagi si gajah sebagai bentuk penyesalan atas keputusan yang salah.
Kadang asumsi membawa kita pada ego untuk membuktikan bahwa apa yang kita asumsikan adalah benar, hingga kita hanya mau melihat apa yang ingin kita lihat. Jika kita mengasumsikan bahwa gajah itu telah menyepak manusia, lalu kita menyimpulkan bahwa gajah itu pembunuh, ego kita menginginkan yang terlihat adalah gambar seekor gajah sedang menyepak manusia. Kita mati-matian mencari sobekan-sobekan yang hilang untuk membuktikan asumsi kita. Jika sobekan-sobekan itu tidak bisa kita temukan, lebih banyak dari kita kira-kira akan mengambil simpulan yang mana? Apakah si gajah pembunuh atau penyepak bola?  

Permainan puzzle ini mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tekun mengumpulkan setiap kepingnya, teliti dalam menyusunnya, dan sabar untuk melihat keseluruhan gambar. Apa yang terlihat belum tentu adalah yang sebenarnya.             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar