Puzzle adalah mainan yang paling
saya suka ketika kecil dulu. Menyusun tiap kepingnya hingga menjadi satu gambar
utuh memberikan kesenangan tersendiri. Makin tinggi tingkat kesulitannya, makin
lah saya tertantang untuk menyelesaikannya. Kita harus bisa menemukan dan
memasang dengan benar setiap keping puzzle itu untuk dapat melihat keseluruhan
gambarnya dengan jelas.
Ketika
dewasa, saya melihat serangkaian kejadian yang kita alami dalam hidup ini
serupa dengan keping-keping puzzle. Sayangnya, di usia sekarang ini, saya
seringkali tidak sabar menunggu setiap keping puzzle itu terbuka semua untuk
sebuah gambar. Saya terburu-buru menginterpretasi, kemudian mengambil
kesimpulan ngawur yang berujung pada keputusan dan tindakan yang salah, lalu di
akhir menyesalinya.
Saya analogikan
seperti ini, kita sedang menyusun puzzle dari sobekan gambar seekor gajah yang
sedang menyepak, ketika sobekan-sobekan gambar itu belum ditemukan semua kita
tidak bisa menyimpulkan gajah tersebut menyepak untuk menyerang atau untuk
bermain bola. Jika gambar ini akan dijadikan dasar untuk memutuskan apakah si
gajah adalah hewan yang harus dibunuh karena telah menyerang manusia, kita
tidak bisa langsung mengambil keputusan hanya dengan melihat kakinya yang
sedang menyepak, sementara apa yang disepaknya belum diketahui. Jika lalu memutusakan
membunuh si gajah dan kemudian ternyata yang disepaknya adalah bola, kita tidak
mungkin menghidupkan lagi si gajah sebagai bentuk penyesalan atas keputusan
yang salah.
Kadang asumsi
membawa kita pada ego untuk membuktikan bahwa apa yang kita asumsikan adalah
benar, hingga kita hanya mau melihat apa yang ingin kita lihat. Jika kita
mengasumsikan bahwa gajah itu telah menyepak manusia, lalu kita menyimpulkan
bahwa gajah itu pembunuh, ego kita menginginkan yang terlihat adalah gambar
seekor gajah sedang menyepak manusia. Kita mati-matian mencari sobekan-sobekan
yang hilang untuk membuktikan asumsi kita. Jika sobekan-sobekan itu tidak bisa kita
temukan, lebih banyak dari kita kira-kira akan mengambil simpulan yang mana?
Apakah si gajah pembunuh atau penyepak bola?
Permainan
puzzle ini mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tekun mengumpulkan
setiap kepingnya, teliti dalam menyusunnya, dan sabar untuk melihat keseluruhan
gambar. Apa yang terlihat belum tentu adalah yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar