Selasa, 30 Juni 2015

Day 19

Kisah Cinta dari Lirik Lagu


Waduh... Kisah cinta dari lirik lagu. Hmmm... all right...


Namanya berkelip di layar telepon genggam. Ketika tombol yes ditekan, segera suara berat itu menyerbu. Dia senang, bahagia. Ini bahkan belum pukul enam. Hampir setengah jam saling sapa dan berbasa-basi. Tidak sabar untuk segera bertemu, suatu tempat di kawasan Bandung Utara menjadi tempat sarapan bersama pertama mereka. Lelaki itu, on his early of thirty, dengan kaos abu berkerah. Secara fisik memang bukan tipe yang biasanya melelehkan hatinya. Tapi entah bagaimana, si gadis tidak pernah merasakan perasaan sepenuh saat itu. Langkahnya ringan, mata berbinar, dan bibir yang terus menyunggingkan senyuman. Si gadis jatuh cinta.

Lima tahun telah berlalu sejak hari itu. Komunikasi telah terputus sejak lama. Entah lah dia di mana dan sudah bagaimana. Selalu ada keinginan untuk bertemu dengannya lagi. Api cinta itu belum benar-benar padam. Lagu Hello, yang pernah disenandungkan lelaki itu di telinganya, mengalun lembut. Hatinya bagai teriris mendengar setiap bait lagu itu. 

 I've just got to let you know
'cause I wonder where you are
And I wonder what you do
Are you somewhere feeling lonely?
Or is someone loving you?
Tell me how to win your heart
For I haven't got a clue
But let me start by saying I love you


Senin, 29 Juni 2015

Day 18

OOTD

Ini setelan ngampus.
Kerudung, harganya lupa tapi belinya di ITC Kuningan. Inner coklatnya itu beli di BIP, harganya juga lupa palingan di bawah 100rb sih. Kalung, koleksi lama. Rompi juga umurnya hampir sama dengan kalung, ada mungkin 8 tahunan. Dua-duanya ga inget harganya. Celana jeans mereknya Free&Free, harganya lupaaaa.. itu celana juga udah lama banget. Tas merek Huer, dapatnya di Kokas, harganya lumayan lah yaaa... sepatu dapat di BIP, harganya 200rb-an kalau ga salah.

Day 17

Alergi

Fyuuuuhhh, alergi. Hmmmm... Debu dan partikel-partikel serupa debu. Alergen yang cepat sekali memicu kambuhnya alergi saya. Secara ringan paling bersin-bersin, hidung meler parah, dan dalam skala berat adalah sesak nafas. Bisa dari apa saja. Misalkan menyapu kamar, mencari baju di lemari, bahkan dari sejumlah uang lecek. Untuk pencegahannya ya paling pakai masker kalau memang mau beres-beres, atau menghindar jika yang beres-beres orang lain di dekat saya. Untuk kasus uang-uang lecek, saya memegang uang ketika memang diperlukan. Jadi saya sih tidak berbakat jadi bendahara yang sedikit-sedikit harus bersentuhan fisik dengan uang.

Bulu kucing dan bulu-bulu lainnya. Saya memang tidak suka kucing, tidak juga suka boneka. Saya tidak punya selimut berbulu-bulu, apalagi jaket bulu. Geli lah kalau soal bulu-bulu begitu. Reaksinya kalau dekat bulu-bulu ya hampir sama dengan yang tadi, bersin-bersin dan sebagainya. Tapi untuk yang ini, bisa sangat parah sekali efeknya. Kucing, sedapat mungkin saya hindari. Boneka dan bulu-bulu lainnya ya saya hindari juga, hehe.

Wortel dan tomat. Di sini saya merasa sedih. Karena sejak kecil terlalu banyak mengonsumsi wortel dan tomat, sekarang saya malah jadi alergi kedua makanan tadi. 





Sabtu, 27 Juni 2015

Day 16

Dance With Wolves

Saya termasuk penggila film, terutama film yang membuat kecerdasan meningkat (walau tidak signifikan). Terakhir kemarin saya baru saja menonton film lamanya Kevin Costner, keluaran tahun 1990. Film ini memiliki jalinan cerita yang cukup mengikat penontonnya walau berdurasi kurang lebih 4 jam. Saya sih asyik-asyik saja, kalau  bisa sih 6 jam sekalian. Hahaha.

Bersetting tahun 1890an, ketika suku Indian terjajah dari tanah leluhurnya di wilayah Amerika. Ceritanya sih hampir mirip The Last Samurai-nya Tom Cruise. Alkisah, John Dunbar seorang Letnan Amerika yang menempati pos tugasnya seorang diri. Teman setianya selama berminggu-minggu adalah kuda tunggangannya dan kemudian seekor serigala yang tiba-tiba menghampiri dan begitu jinak. Dinanti begitu lama, pasukan Amerika tak kunjung datang. Di tengah kejemuan, Dunbar disambangi suku indian. Mengandalkan komunikasi alakadarnya mereka pun berteman.  

Singkat cerita Dunbar ini menjadi "saudara angkat" suku indian di sana. Dia sangat dipercaya dan malah ikut berperang bersama suku Indian. Menjadi menarik ketika Dunbar yang adalah seorang Amerika dihadapkan pada keadaan dimana dia yang telah menjadi setengah indian (Dance With Wolves adalah nama indian dari John Dunbar) harus melawan pasukan Amerika yang menganggapnya berkhianat pada negara.

Film ini menggambarkan bagaimana pelik dan dilematisnya mencoba membangun harmoni antara ras yang berbeda, yang mana sarat akan konflik kepentingan. Saya sih sangat menikmati 4jam yang disuguhkan. Saya hadiahi 4 bintang deh untuk skala 1- 5. Adegan actionnya lumayan, dramanya juga dapat, Kevin Costnernya ajib banget sebagai sutradara sekaligus pemeran utama. Pantas film ini menyabet 7 Oscar.    

Jumat, 26 Juni 2015

Day15

My Collection

Kalau saya bilang koleksi saya adalah buku, rasanya telalu mainstream, hehe. Tapi memang buku adalah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan barang lainnya di kamar saya. Bisa sampai ratusan lah ya.

Di sini, saya tidak ingin membahas buku sebagai koleksi saya. Selain buku ada lagi koleksi saya lainnya, yaitu sepatu. Tidak sampai seperti yang dimiliki oleh Imelda Marcos juga sih banyaknya. Tapi lumayan lah, buat saya ya cukup banyak juga. Kalau ada semuanya, mungkin bisa sampai 40 pasang. Karena saya pindah-pindah tempat  tinggal, jadi banyak yang tercecer. Beberapa malah sengaja saya tinggalkan di rumah kos yang pernah saya tempati.

Belanja sepatu itu membahagiakan. Apalagi ketika dapat model sepatu persis seperti yang diinginkan. Kadang saya malah membeli dua pasang sepatu model yang sama dengan warna berbeda, atau bahkan model dan warna yang sama. Sepatu yang nyaman dan cantik membuat saya lebih percaya diri. Biasanya saya memilih yang bertumit tinggi. Model haknya bisa macam-macam, tapi favorit saya adalah stiletto yang runcing.

Jenis koleksi sepatu saya macam-macam. Tergantung untuk dipakai ke mana dan kegiatan apa. Secara umum sih saya suka yang berbahan suede dan kulit. Warna coklat mendominasi koleksi sepatu saya. Harganya beragam, ada yang murah dan ada juga hasil menabung cukup lama. Merek favorit sih tidak ada, asal cocok dan enak dipakai ya saya beli.

Kamis, 25 Juni 2015

Day 14

90’s Memory

Sepertinya tema ini adalah tema yang paling saya sukai, kenangan dari era 90an. Filmnya, musiknya, makanannya, semuanya sangat membekas di hati. Ihhiiiiiwww.
Okay, mari kita kupas satu per satu...

1.       Film
Catatan si Boy, dengan onky Alexander sebagai pemeran utamanya. Siapa tak kenal dia, pemuda tampan, kaya raya, dan juga sholeh. Cuma sayang heart breaker banget. Lupus, adalah film favorit saya dari era 90an. For me, Ryan Hidayat is the most charming actor ever. Lupus paling pas diperankan oleh Ryan Hidayat. Film Trio Warkop menjadi film keluarga yang banyak ditunggu setiap lebaran, termasuk di era 90an. Selain film-film tadi tentu banyak film impor yang menjadi ikon 90an, misalnya Forrest Gump,  Romeo&Juliet, Titanic, dan lain-lain.
2.       Musik
Di Indonesia, pada era itu sedang terkena ‘demam’ musik melayu. Anak-anak SD pun mendendangkan Isabela dengan lirihnya, seolah pernah mengalami kisah cinta dua dunia. Selain itu ada judul-judul lagu melayu yang menggelitik semacam gerimis mengundang dan suci dalam debu. Ayo, yang di era 90an sudah mulai lincah, jangan pura-pura tidak pernah menyenandungkan lagu-lagu tadi (secara sengaja atau tidak disadari). 
Kalau selera impor, 90an adalah surganya. Ada Duran Duran, NKOTB, Spin Doctor, Nirvana,  Band-band Inggris semacam Oasis dan Blur, dan  banyak lagi. Oh iya, last but not least era 90an adalah eranya MTV yang dipunggawai Sarah Sechan, Utt, Jamie Aditya, Nadya Hutagalung.  
3.       Mainan
Ding-Dong itu sangat 90an, walau saya pribadi sih tidak pernah ya memainkannya. Tetris mungkin mainan paling hits saat itu.  Game watch yang biasa disebut gimbot juga kenang-kenangan dari era 90an satu gank dengan nintendo bersama mario brosnya. Untuk penggemar game komputer pasti mengenal game karateka dan prince persia.
4.       Fashion
Sepatu Docmart, kemeja flanel motif tartan, celana jeans model baggy atau celana hipster yang bagian bawahnya terinjak-injak. Mengaku saja lah, paling tidak satu dari item- item tadi pernah menjadi penghuni lemari atau rak sepatu kita- kita yang tumbuh di era 90an.
5.       Makanan
Coklat ayam, wafer superboy, permen zuper-zuper yang super asem, poprock yang meledak-ledak di mulut, jagoan neon yang bikin lidah warna-warni, permen karet  yosan, krip-krip rasa keju, chiki balls berhadiah tazos, kripik kentang chuba, dan banyak lagi makanan yang bercita rasa masalalu.

Kembali ke 90an menyisakan kerinduan akan segala hal yang datang dari masa itu. Andai bisa mengulang, saya akan mengulangnya lagi dan lagi dan lagi. Hahaha.



Rabu, 24 Juni 2015

Day 13

5 Hal Yang Dihindari

  1. Segala hal yang menjadi pencetus alergi dan asma. Kalau alergi dan asma saya kambuh akan sangat merepotkan. Sedapat mungkin saya menghindari alergennya, lebih baik mencegah daripada mengobati. 
  2. Lupa membawa hand sanitizer, tissue basah, dan uang.
  3. Menumpuk cucian kotor.
  4. Binatang melata.
  5. Segala hal yang berdampak buruk bagi kesehatan, misalnya : begadang, gorengan, dan soda. 

Selasa, 23 Juni 2015

Day 12

Menu Seafood Favorit

Sebenarnya saya itu pecinta makanan laut, sayangnya saya punya alergi pada beberapa makanan laut. Saya tidak bisa makan udang dan kerang. Saya hanya bisa menelan ludah ketika keluarga saya makan udang yang besar-besar, nasib. 

Saya suka sekali cumi, kepiting dan ikan. Saya hampir selalu pesan cumi goreng tepung di manapun ada menu itu. Kalau untuk kepiting, hanya bisa saya pesan kalau makan bareng-bareng. Agak repot dan risih ya makan kepiting sendirian. Khusus kepiting, saya harus ekstra hati-hati. Jika membersihkannya kurang bersih saya bisa alergi. 

Ikan adalah menu paling istimewa. Saya suka ikan apapun dimasak bagaimana saja saya tidak akan menolak selama itu enak. Saat paling menyenangkan adalah ketika makan bersama di restoran khusus hidangan laut, kita bisa saling coba berbagai menu. 



Senin, 22 Juni 2015

Day 11

Jakarta

Jakarta, kota yang sentimentil untuk saya. Kota yang menempa saya untuk menjadi mandiri, kuat, dan logis. Jakarta, kota sejuta warna dan kenangan. Hanya satu modal paling berharga saya untuk bekal hidup di Jakarta yang katanya keras, berbaik sangka. 

Saya ingat bagaimana adik saya mengantar saya pindah ke Jakarta. Kami berdua naik travel dan tidak yakin harus turun di mana, saya hanya sekali melihat tempat kos yang akan ditinggali jadi lupa-lupa ingat di mana letaknya. Untungnya kami tidak sampai harus kesasar dan luntang-lantung. Tidak sampai satu jam setelah dia pulang, saya langsung dicekam rasa ingin ikut pulang. Pertama menapaki hari-hari di Jakarta adalah masa-masa yang cukup berat bagi saya. Dari minggu ke minggu terasa sangat lama.

Kali kedua mendapat pekerjaan di Jakarta saya mulai merasa nyaman. Mendapat suasana kos seperti yang saya harapkan, teman-teman kos yang seperti keluarga. Minggu ke minggu terasa begitu cepat, berbanding terbalik dengan sebelumnya. 

Jakarta dan metromini. Semua yang pernah menjadi penumpang metromini di Jakarta pasti tahu sensasinya yang luar biasa. Kita harus naik dengan sigap dan turun dengan lincah. Makin sering naik metromini kita akan makin kebal dengan pengamen yang nyinyir, kondektur dan supir bermulut setajam silet, dan tentu laju metromini yang melesat bagai di arena F1.

Jakarta dan fashion. Banyak sale barang-barang branded, itu yang paling saya sukai dari Jakarta. Berkeliaran berburu Nine West, Elle, dan berbagai merek favorit. Jika banyak orang bilang Bandung surga belanja, saya malah lebih suka berbelanja di Jakarta. 

Jakarta, panas, gerah, bikin putih. Selama saya tinggal di Jakarta, kulit saya memang lebih bersih dan cerah. Jika orang-orang mengeluh Jakarta panas, saya sih sejauh ini nyaman-nyaman saja. Tapi memang saya tidak pernah tinggal di wilayah Jakarta Utara atau Barat. 

Banyak tempat di Jakarta yang sangat saya rindukan. Saya rindu Sarinah dan bubur Udin, Kuningan City dengan gerai Nine West dan dimsumnya Imperial Kichen. Gramedia Matraman yang luas. Nonton film di Setiabudi One. Pasaraya grande dengan koleksi sabuknya. Saya rindu sekali.

Selamat ulang tahun Jakarta, semoga makin cantik dan menyenangkan. Monorelnya segera rampung dan beroperasi. Jangan banjir-banjir lagi. Semua doa baik untuk Jakarta dan warganya.

Minggu, 21 Juni 2015

Day 10

Animasi favorit : Candy Candy

Candy Candy tayang di salah-satu televisi swasta pada era 90an. Hampir seluruh anak perempuan di masa itu yang berusia 10-15th familiar dengan film kartun ini. Saya sendiri ketika itu masih SMP. Setiap hari minggu pukul 08.30 setelah film Doraemon, saya sudah stand by di depan tv (serius, tidak bisa diganggu).

Candy candy bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Candy, tinggal di panti asuhan, memiliki seorang sahabat bernama Annie yang setelah diadopsi oleh keluarga kaya ogah ngaku pernah tinggal di panti asuhan.

Bagi saya, yang amat mengharu biru, adalah kisah cinta Candy dengan Anthony. Ketika Anthony meninggal setelah terjatuh dari kuda, saya ikut-ikutan muram dan sedih berhari-hari bahkan masih suka sedih sampai sekarang kalau ingat tragisnya cinta pertama Candy. Saya dan juga mungkin penggemar Candy lainnya, sangat berharap entah bagaimana Anthony hidup lagi.

Selain Anthony, ada satu tokoh eksentrik bernama Terry. He's so damn handsome. Awalnya Candy dan Terry selalu tidak bisa akur bila bertemu, tapi kemudian malah saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi kisah cinta Candy tidak berjalan mulus, bahkan kemudian karam. 

In the end sebenarnya cerita Candy Candy ini punya akhir yang bahagia. Candy bertemu dengan cinta sejatinya, yang ternyata cinta lama jauh sebelum Anthony hadir. Tapi mungkin karena terlalu berliku jadi saya yang mati rasa, haha.

Walau kadang ingin menonton lagi dari awal, mengingat begitu rumit dan pelik kisah si Candy ini saya yang sekarang sih cenderung malas ya menonton Candy Candy. Tapi bagaimanapun Candy Candy memang memorable.

Sabtu, 20 Juni 2015

Day 9

30 Facts about Miranti

  1. Saya lahir ketika usia kandungan mama baru 7 bulan.
  2. Saya lahir di kamar nenek, dibantu kelahirannya oleh nenek karena beliau bidan. Tapi setiap berantem dengan papa saya selalu bilang mungkin saya ini anak yang tertukar. Lalu nenek bilang mungkin tertukar dengan kucing.
  3. Saya anak pertama dari empat bersaudara.
  4. Saya begolongan darah A
  5. Katanya zodiak aquarius dan golongan darah A adalah paduan yang luar biasa complicated.
  6. Saya bisa membaca di usia 3 tahun, tapi berakting belum bisa membaca sebagai bentuk solidaritas ketika di kelas 1 SD teman-teman saya belum bisa membaca.
  7. Saya masuk SD di usia 5 tahun.
  8. Saya pecandu buku, pergi ke mana pun selalu harus membawa buku. Bisa sakau kalau sampai tidak ada satupun buku yang bisa dibaca dalam perjalanan jauh.
  9. Saya sangat repot untuk urusan kamar mandi. Bak harus bersih, gayung harus disimpan di sisi bak (jangan sekali-kali dibiarkan berenang-renang di dalam bak seusai dipakai).
  10. Saya punya berbagai sandal di rumah. Sandal untuk ke kamar mandi yang harus sandal plastik, dan sandal untuk di dalam rumah yang harus khusus seperti sandal hotel.
  11. Saya penyuka wortel yang akhirnya menjadi alergi wortel karena terlalu banyak makan wortel.
  12. Saya tidak bisa makan kerang dan udang.
  13. Saya cinta sekali segala makanan dan minuman yang merupakan turunan dari susu. Waktu balita saya sangat gembil karena suka menggado susu bubuk berbungkus-bungkus setiap harinya.
  14. Saya sangat tidak suka minum teh manis.
  15. Saya pertama membuat puisi di usia tiga tahun.
  16. Ayah saya seorang musisi, roker. Kecintaannya pada musik menular pada saya dengan berbagai genre musik yang mewarnai playlist saya.
  17. Ketika SMP dan SMA, saya suka menjarah baju-baju papa.
  18. Saya dan papa seperti pinang dibelah dua, orang-orang bilang sangat mirip. Apalagi ketika SMA potongan rambut saya sama dengan papa. 
  19. Saya suka menonton film horor.
  20. Saya cinta sekali ibu saya. I'm nothing without her. Pulang ke rumah tidak ada artinya kalau tidak menemukan mama di sana. Tapi saya juga adalah anak yang paling sering berselisih paham dengan beliau, walau tidak pernah lama.
  21. Coklat adalah warna paling keren.
  22. Saya sering diomeli dan kucing-kucingan dengan guru BP ketika SMA karena bandel pakai sepatu warna coklat ke sekolah, padahal diwajibkan bersepatu hitam.
  23. Saya pernah digelari ladies mading karena suka sekali membuat dan mengisi mading di sekolah.
  24. Saya menonton hampir semua filmnya Benyamin Sueb.
  25. Sepatu adalah must have item yang paling menggoda iman.
  26. Saya pecandu kursus. 
  27. Saya tidak pernah suka pelajaran kimia.
  28. Saya mulai berkerudung ketika kuliah semester lima, dan itu berarti 14tahun lalu. Terasa seperti baru kemarin.
  29. Saya selalu membawa hand sanitizer dan tissue di dalam tas.
  30. Saya sedang berusaha konsisten dalam kegiatan menulis. Tantangan 30 hari menulis ini adalah salah satu bentuk komitmen saya untuk bisa disiplin menulis, walau tetap masih ada saja bolongnya.

Day 8

Imaginary Story About Random Stranger

Hari itu adalah hari yang terik. Seorang nenek renta, berbaju lusuh dengan kerudung sekenanya, mengais-ngais sampah di jalanan. Botol-botol air mineral, kaleng-kaleng, semua berjejalan di karung yang disandangnya. Walau kaki terasa perih karena sendal jepit yang dipakai sudah begitu tipis, nenek itu terus berjalan. 

Suaminya telah lama meninggal karena sakit. Sepeninggal anak perempuan satu-satunya yang dibawa merantau ke ibukota oleh sang menantu, dirinya harus menyambung hidup dengan apapun pekerjaan yang masih sanggup dilakukannya. 

Seorang tetangga, mengajaknya menjadi pemulung, hasilnya memang hanya cukup untuk makan tapi itu masih lebih baik baginya daripada menjadi peminta-minta. Pagi-pagi sekali setiap hari si nenek sudah mulai "berdinas". Dia dengan tetangganya sepakat bertemu ba'da dzuhur di depan gedung sate, Tetangganya selalu khawatir jika nenek renta ini sedang mengais sampah sendirian, takut tiba-tiba terjadi sesuatu. Berulang kali dia berpesan agar si nenek hati-hati, dan jangan sampai terlewat berhenti dari angkot nanti. 

Sudah hampir dzuhur menurut perkiraan si nenek, ia bergegas menunggu angkot menuju arah gedung sate. Angkot yang dinaiki hanya berisi tiga penumpang termasuk dirinya. Dengan sungkan, duduklah si nenek di dekat pintu. Seorang anak gadis segera bergeser jauh ke belakang ketika nenek ini naik. Mungkin baju dan tampilan si nenek yang terkesan kotor dan jorok membuat si gadis risih. Satu penumpang lain seorang laki-laki muda, dia terlihat acuh. Tak seberapa jauh, naik ibu-ibu dan anak perempuannya. Mereka melirik si nenek sekilas, merasa agak iba.

Tepat di samping gedung sate, si nenek tergesa turun. Takut tetangganya menunggu lama, diangsurkannya uang lima ribu pada supir. Dia lalu berlari tanpa memperdulikan panggilan supir dan penumpang lain di angkot, dia berhak atas uang kembalian dua ribu rupiah. 

*terinspirasi nenek-nenek yang ditemui beberapa kali di angkot

Semoga Allah memuliakanmu, Nek.   


Kamis, 18 Juni 2015

Day 7

My First HP

Handphone pertamaku ituuu...
Noh! kurang lebih seperti itu tampilannya.

Dikasih papa waktu kuliah semester pertama. Supaya bisa berkomunikasi sama orang rumah, karena waktu itu saya tinggal di asrama kampus. Ini henpong beratnya yu mari mari deh, kalau dipakai nimpuk kepala orang lumayan bikin gegar otak.

Sebenarnya pada saat itu, sudah ada juga sih handphone yang lebih kecil dan keren. Sebagai mahasiswa baru tanpa penghasilan, apa boleh buat, itu yang dikasih ya itu yang dipakai daripada tidak ada sama sekali. Walau ketika berbunyi, saya sembunyi-sembunyi menerima panggilannya. Hahaha...


Ada satu handphone lagi yang istimewa kehadirannnya dalam hidup saya. Bisa dibilang ini adalah handphone pertama saya yang "agak" wajar. Gambar di bawah hanya untuk mengilustrasikan, bedanya handphone saya berwarna putih dan sekarang sudah entahlah dimana.
Saya memakai handphone seri ini 15 tahun lalu. Actually, saya suka bentuknya yang unik. Agak besar sih memang, tapi jauuuuh lebih ringan dari yang sebelumnya.
Fungsinya, hanya untuk menerima atau melakukan panggilan telepon  dan sms-an.
Pada saat itu boro-boro ada fitur untuk selfi-selfian dan berkeliaran di medsos, tapi hidup menjadi lebih sederhana. :) 

Rabu, 17 Juni 2015

Day 6

My "Favorite" Disease

Penyakit kaporit eh favorit? masuk angin!

Mungkin karena faktor U ya, akhir-akhir ini makin sering masuk angin. Pulang dari kampus terlalu malam, masuk angin. Lupa pakai kaos dalam, masuk angin. Tidur terlalu heboh terus perutnya kebuka-buka, masuk angin. Mandi kelamaan, masuk angin. Telat makan, masuk angin. Hmm...

Sebenarnya saya tidak begitu mengerti secara medis masuk angin itu apa sih. Kalau hasil googling tentang masuk angin, katanya begini :

http://www.kompasiana.com/dr.kosasi/masuk-angin-sakit-apa-sebenarnya_5529039f6ea834767b8b45d4

Karena mengingat tidak enaknya masuk angin, sedapat mungkin saya menghindari segala hal yang bisa menyebabkan masuk angin. Daripada saya repot sendiri. Maklum namanya juga remaja, hehe.




Selasa, 16 Juni 2015

Day 5

How do I Like My Tea/Coffe

Ketika dapat tema ini, jujur saya bingung. Saya bukan penggemar teh apalagi kopi. Kalaupun saya meminum teh, itu adalah jenis teh hijau dan bisa dibilang sangat jarang. Kecuali ketika saya memang memerlukannya, misalnya teh jati belanda ketika butuh menguruskan badan secepat-cepatnya, hehe. For me, it works!

Untuk urusan minum, saya sangat sederhana. Tidak minum soda dan sirop, Saya tidak suka teh manis. Minum kopi membuat perut saya terasa tidak karuan. Saya lebih suka minum air putih biasa. Tapi jika sangat terpaksa, saya pilih teh tawar hangat atau yang paling ekstrim ya lemon tea. 

Kalaupun ada minuman selain air putih yang paling saya sukai, itu adalah susu dan coklat panas. Tapi saya hanya meminumnya ketika memang sedang ingin. Saya suka susu putih plain tanpa tambahan gula.

Hampir seluruh anggota keluarga saya suka minum teh manis. Saya gagal paham kenapa mereka suka sekali teh manis. Menurut saya rasanya aneh.

Karena pada tulisan ini saya harus memberikan tutorial, baiklah saya berikan tutorial singkat membuat seduhan teh hijau a la saya.

Pertama-tama tentu siapkan teh hijaunya, karena kita akan membuat seduhan teh hijau.
Kemudian sediakan mug atau gelas.
Setelah itu siapkan air panas.
Masukan daun teh yang telah dikeringkan kira-kira segenggam ke dalam mug, tuangkan air panas, lalu diamkan setidak-tidaknya setengah jam. Seduhan teh hijaupun siap diseruput. Selamat mencoba!


   

Senin, 15 Juni 2015

Day 4

Buku yang Terakhir dibaca : Hannibal

Buku yang terakhir dibaca... Mmm.. buku kuliah, haha.
Okay, kalau harus yang benar-benar terakhir sih sepertinya kurang menarik untuk dikupas ya. 
Tidak terakhir-terakhir amat sih ini, tapi bisa dibilang novel terakhir yang selesai dibaca bahkan dibaca ulang dan ulang dan ulang.

Judulnya Hannibal, karya Thomas Harris. Prekuelnya berjudul Hannibal Rising.
Saya tertarik membaca kedua buku itu setelah menonton film Silent of The Lamb yang diadaptasi dari salah satu buku karya Thomas Harris dengan tokoh utamanya dr.Hannibal Lecter. Di sini diceritakan bagaimana awal mula Hannibal bertemu dengan tokoh Clarice Starling, seorang agen FBI yang memikat.

Hannibal adalah genius yang sangat teliti dan rapi dalam setiap pekerjaan. Dia seorang dokter yang hebat. Hanya pada Hannibal, saya malah cenderung membela tokoh antagonis yang adalah pembunuh berdarah dingin. Dari pandangan saya, Hannibal membunuh tidak tanpa alasan. Selalu ada kisah di balik terbunuhnya korban. Memang caranya menghabisi korban sangat mengerikan, tapi dilakukan dengan begitu cermat.  Tidak hanya membunuh, dia pun memakan bagian tertentu dari tubuh korbannya, dan pinggul manusia adalah bagian terenak.

Pada buku yang terakhir saya baca ini, mengungkap hubungan romantik antara Hannibal dan Clarice Starling. Diceritakan juga bagaimana Hannibal diburu dengan nilai fantastis, dimana justru pemburu-pemburunya lah yang mati mengenaskan.

Buku ini sudah difilmkan dengan judul yang sama. Untuk yang malas baca bukunya karena memang cukup tebal, bisa langsung menonton filmnya. Saya pribadi sih agak kecewa dengan filmnya karena tidak sesuai dengan apa yang saya imajinasikan setelah membaca bukunya. Banyak bagian yang hilang, padahal menurut saya justru bagian itu paling menarik. 

Bagi penggemar kisah mendebarkan namun seru, buku ini layak dibaca. Sekalian dengan tiga buku lainnya, supaya lengkap. :)







Minggu, 14 Juni 2015

Day 3

Ohh, My Cimon...

Cinta Monyet... 
Hehehehe... 

Kakek saya - semoga Allah memberkahi beliau- adalah orang yang sangat disiplin dan tegas, tipikal seorang tentara. Waktu balita, saya tinggal bersama kakek dan nenek. Kakek tidak mengijinkan saya main ke luar rumah. Saya versi unyu-unyu ini merasa sangat penasaran dengan apa yang ada di luar sana. 

Entah bagaimana, suatu hari saya berhasil kabur ke rumah tetangga. Umur saya pada saat itu baru empat tahun. Tetangga kakek saya ini punya dua orang anak lelaki, salah satunya mungkin lebih tua satu- dua tahun dari saya. Itu lah pertama kali saya punya teman. Kaburnya saya, akhirnya diketahui kakek. Saya dibawa pulang dan dikurung di garasi. Tapi setelah peristiwa 'pemberontakan' itu, saya jadi punya teman sekongkol.

Kami biasa main bertiga dengan adiknya di teras rumah kakek. Kami jarang mengobrol, dan memang kami mungkin belum mengerti konsep mengobrol. Kami hanya main bersama.
Ketika si anak tetangga mulai sekolah, saya kembali main sendirian. Melihat dia pergi sekolah, membuat saya ingin sekolah juga. Dengan semangat setiap pagi saya menggendong tas, walau hanya sampai pintu pagar. Mungkin Ibu saya tersentuh melihat saya memandang ke jalan dengan tatapan nanar.  Maka sekolah lah si unyu-unyu ini di usia yang sebenarnya belum cukup untuk masuk sekolah.

Keadaan ekonomi yang semakin membaik, membawa kami sekeluarga pindah ke rumah baru. Saya sudah tidak bertemu lagi dengan si anak lelaki itu. Saya dengar dia pindah ke Jakarta. 

Ketika kelas 1 SMP, saya menghabiskan liburan di rumah kakek. Setelah sekian lama, baru kali itu saya melihat lagi si anak tetangga. Dengan tampang yang super cuek dia bersepeda di depan saya dan kakek, tanpa menyapa kami sama sekali. Baru kali itu saya melihat mukanya dengan lebih jelas, ingatan masa kecil saya tentang dia samar-samar. 

Menginjak SMA, dia kembali bersekolah di Bandung, saya pun sudah kembali tinggal di rumah kakek. Kali ini, kami mengulang berkenalan secara pantas. Virus cimon rupanya menjangkiti kami. Lucu jika ingat bagaimana kami janjian untuk pergi bersama. Kalau kata lagu sekarang sih "Pacar Lima Langkah", karena rumah kami memang satu tembok. Mau bertemu  ngesotpun sampai. 

Cimon ini tidak bertahan lama, ya namanya juga cinta monyet...

Sekarang orangnya sudah dua kali menikah, ihhhiiiiwww.


   

Day 2

Doa Kesukaan

Sebagai mahluk yang "aku mah apa atuh", nyaris di setiap kesempatan kita berdoa. Doa membuat kita lebih memiliki harapan. Dari semua doa yang dipanjatkan, ada doa yang paling sering dirapalkan. Bagi saya, doa kesukaan saya adalah : 

Intinya sih memohon keselamatan dalam agama yang lurus, sehat jasad, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang berkah, taubat sebelum maut, rahmat ketika maut datang, ampunan setelah kematian, dan dilembutkan pada saat sakaratul maut, lalu dimudahkan pada saat hisab.

Dalam doa tadi, sudah mencakup hampir semua yang dibutuhkan manusia.

Biasanya saya lanjutkan dengan doa ini :

Supaya saya tidak kembali "ngaco", maklum lah masih manusia biasa yang mudah digoda ini-itu. Hehe. 

Mengingat berdoa adalah salah satu hobi saya, tentu ada banyak doa lainnya. Tapi kedua doa di atas mungkin yang paling istimewa.

Semoga bermanfaat ya...  
  

Jumat, 12 Juni 2015

Day 1

My Bag

Isi tas? Hmmm... The first thing is hand sanitizer, terima kasih untuk siapapun yang telah menjadi penemunya. Hand sanitizer ini laksana penyelamat bagi tipe orang yang sok higienis seperti saya, hehe. Ehh, anyway... memang siapa sih penemu hand sanitizer? Ada yang tahu?
Saya hampir tidak pernah pergi tanpa membawa benda yang satu itu di dalam tas. Tidak Pede kalau sampai tertinggal.
                Aneka Tissue, dari mulai tissue basah biasa, tissue basah khusus wanita, tissue kering tanpa parfum, semua ada di tas saya. Saya sulit membayangkan jika tiba-tiba kebelet di suatu tempat entah di mana yang ternyata toilet-nya kering tak berair dan tanpa selembarpun tissue tersisa. Pokoknya aneka tissue itu harus selalu ada di tas saya, itu harga mati.
                Dompet saya hampir tidak pernah tipis, selalu menggembung. Isinya? Macam-macam. Inginnya sih gembung dengan uang ya. Bagaimanapun usaha saya menyortir isi dompet, masih begitu saja. Alhasil, dompet menjadi penyumbang terbesar atas beban berat di tas. Akhir-akhir ini, jika sekiranya hanya pergi ke satu tempat tujuan, saya lebih suka hanya membawa dompet koin yang lebih simpel dan ringan.
                Mengingat cuaca sekarang yang tidak menentu, membawa payung membuat saya merasa lebih tenang ketika bepergian. Payung nyaris tidak pernah absen sebagai penghuni tas saya. Bicara tentang payung, saya baru tahu kalau payung yang kekinian itu terbagi menjadi dua jenis yaitu payung panas dan payung hujan. Wah, ribetnya. 
                Penghuni tetap lainnya di tas saya adalah block note atau buku catatan kecil beserta pensil dan pulpen. Jadi ketika bosan di perjalanan, saya bisa baca-baca apapun yang tertulis di dalam buku catatan kecil itu. Ketika ada hal-hal yang perlu dicatat, saya tidak usah mencari-cari pulpen dan kertas lagi. Semua untuk efisiensi sih.
                Hand phone, earphone, dan tablet. Tiga sekawan itu selalu bersama-sama ikut ke sana kemari bersama saya. Tidak perlu saya jelaskan kegunaannya kan? Rasanya sekarang ini masyarakat  di perkotaan sangat akrab dengan ketiga barang tadi. Mati gaya kalau di keramaian hanya kita yang tidak memegang gadget, untuk berbagai alasan lah ya.     
                Okay, itu saja sih isi tas saya. Segitupun beratnya sudah ampun-ampunan. Sebenarnya masih banyak barang yang ingin saya bawa di tas, macam kantong doraemon. Melengkapi ke-sok higienis-an, saya masih mencari packingan yang manis dan super ringan berisi sendok, garpu dan pisau. 
                   Now, let’s talk about the bag. Saya punya beberapa tas, yang paling sering saya pakai sih  tote bag. Besar, banyak kompartemen dan muat membawa ini-itu. Beberapa tas tidak bertahan lama karena peralatan perang yang tidak bisa saya kurangi. Teman saya bilang cocoknya saya bawa karung goni. Bersyukur tas terakhir cukup awet.   
                That’s about my bag... how about yours?