Senin, 28 Desember 2015

Forum Kota Cerdas Asia-Afrika untuk Masyarakat Asia-Afrika yang Terintegrasi

Secara umum, konsep kota cerdas adalah kota yang terintegrasi dengan baik, didukung ketersediaan infrastruktur sosial dan komunikasi yang memadai. Dimana masyarakat dengan pemerintahnya bersinergi mewujudkan kota yang nyaman dan kondusif. Konsep kota cerdas dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kota. 

Konsep kota cerdas dapat diwujudkan dengan dukungan jaringan nirkabel maupun serat optik, untuk memudahkan aksesibilitas ke beberapa titik parameter yang diinginkan untuk diukur sehingga diperoleh data-data dan informasi secara real time. Sebagai contoh masyarakat dapat memonitor konsentrasi polusi di jalan tertertentu, atau digunakan sebagai alarm otomatis ketika level radiasi tertentu. Teknologi tersebut juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi irigasi , penerangan jalan umum, informasi tempat sampah yang hampir penuh, dan memantau kondisi lalu lintas. Informasi terkait akan sampai di pengguna (masyarakat), pemerintah (regulator), dan penyelenggara aktivitas kota (Industri, LSM, dan lain-lain). Sehingga penanggulangan masalah kota bisa lebih efektif dan efisien (Bapeda Pemerintah Kota Bandung, 2013 : 17).
   
Banyak kota di berbagai negara telah menerapkan konsep ini dalam beragam corak. Skotlandia dengan City of Edinburgh Council mengaplikasikan konsep kota cerdas dalam visi dan rencana kerja mereka untuk pengimplementasian e-GovernmentSpanyol dengan kota Sevillanya, menerapkan dalam bentuk city anatomy yang menganalogikan kota seperti anatomi tubuh manusia.

Pembahasan mengenai kota cerdas masih menjadi topik hangat terutama di kota-kota yang pemerintahnya berwacana untuk menerapkan konsep tersebut bagi wilayah mereka. Banyak yang menyangsikan bahwa konsep kota cerdas dapat diadaptasi oleh negara berkembang. Sumber daya manusia pada sebagian besar negara berkembang dinilai belum siap untuk mendukung terealisasinya konsep kota cerdas. Karena kota cerdas bukan sekadar mengenai alih teknologi tetapi juga membangun masyarakat yang cerdas yaitu cerdas dalam pola pikir dan pola tindak.

Bandung adalah salah-satu kota yang tengah dalam proses untuk menjadi kota cerdas. Walikota Bandung sekaligus Ketua Forum Kota Cerdas Asia Afrika optimis, dengan kerjasama yang baik tidak mustahil kota-kota cerdas di kawasan Asia dan Afrika akan dapat segera terwujud.

Pada gelaran Asia Africa Smart City Summit, yang merupakan rangkaian dari kegiatan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, tidak kurang dari 25 Walikota dari negara-negara di Asia dan Afrika mendeklarasikan komitmennya dalam mendukung terbentuknya Forum/Jaringan/Aliansi Kota Cerdas Asia-Afrika yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kawasan Asia dan Afrika. 

Melihat bagaimana kota-kota di negara-negara lain pada kawasan Asia dan Afrika, yang memiliki banyak persamaan dengan Indonesia, telah mampu mengimplementasikan dengan baik konsep kota cerdas membuat Indonesia optimis untuk juga dapat menerapkan konsep kota cerdas pada kota-kota di Indonesia.   
Dalam mewujudkan konsep kota cerdas, pemerintah membutuhkan kerjasama yang sinergis dengan warganya. Warga juga membutuhkan pemerintah yang cakap dalam pengelolaan kota untuk dapat mencapai kualitas hidup yang baik di kotanya. Satu lagi yang tidak kalah penting adalah peran swasta, dapat berupa investasi asing atau bisa juga dukungan dari negara-negara yang telah lebih dulu menerapkan konsep kota cerdas baik dalam bentuk berbagi pengetahuan, pengalaman, ataupun alih teknologi seperti yang difasilitasi oleh Forum Kota Cerdas Asia-Afrika.

Ketika warga kota sebagai partisipan merasakan keuntungan timbal balik yang diperoleh dari kerjasama yang sinergis dengan pemerintahnya, maka dengan kepercayaan warga yang meningkat berpotensi untuk meluaskan cakupan kerjasama. Dalam kaitannya dengan Forum/Jaringan/Aliansi Kota Cerdas Asia Afrika, keberhasilan pengimplementasian konsep kota cerdas yang mendorong peningkatan kesejahteraan di masing-masing kota akan berbanding lurus dengan partisipasi warga dalam Forum Kota Cerdas Asia Afrika dan ini mendorong masyarakat yang terintegrasi di kawasan Asia-Afrika.



Edith Piaf - Non, Je Ne Regrette Rien

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Ni le bien qu'on m'a fait
Ni le mal tout ça m'est bien égal

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
C'est payé, balayé, oublié
Je me fous du passé

Avec mes souvenirs
J'ai allumé le feu
Mes chagrins, mes plaisirs
Je n'ai plus besoin d'eux

Balayés les amours
Avec leurs trémolos
Balayés pour toujours
Je repars à zéro

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Ni le bien qu'on m'a fait
Ni le mal tout ça m'est bien égal

Non, Rien de rien
Non, Je ne regrette rien
Car ma vie, car mes joies
Aujourd'hui, ça commence avec toi


Songwriters
DUMONT, CHARLES / VAUCAIRE, MICHEL




Mungkin konsep ‘cuma orang gila yang merencanakan masalalu’, cocok dengan lagu ini. Iya, Ab? Hehe... sampai setelah sepuluh tahun berlalu, masih terngiang-ngiang kata-kata itu.

Seperti air di dalam gelas yang sudah terlanjur tumpah, seperti itu jugalah segala hal yang telah terjadi. Menyesalinya tidak akan mengubah apapun, selain menambah kegilaan. Ambil hikmahnya saja, lalu lanjutkan hidup. Je repars à zéro et puis commence avec l’autre... Bumi tidak akan tiba-tiba berhenti berputar hanya karena kita kecewa ketika sesuatu tidak berjalan sesuai apa yang kita inginkan. C'est vrai?

Fate

Hanya takdir Allah yang bisa menyatukan kita, menjadi berjodoh untuk satu sama lain. Karena di luar sana ada banyak hal yang dapat membuat keyakinan kita atas satu sama lain berkurang, pudar atau bahkan hilang sama sekali. Wajah yang lebih rupawan, sikap yang lebih menawan, kemapanan yang lebih menjanjikan, kecerdasan yang lebih mengagumkan. Ada begitu banyak hal yang bisa membuat kita berubah pikiran dalam sekejap. Tapi takdir Allah dan doa kita lah yang mengunci kita tetap bersama seseorang yang sama. 

Minggu, 20 Desember 2015

Teman Seperjalanan

Tadi pagi, tidak sengaja saya melihat tayangan di televisi. Seorang ustadz menceraikan istrinya hanya melalui bbm. Saya penasaran, memang istrinya seperti apa sih. Rasa penasaran saya segera terjawab, ternyata istri yang diceraikannya itu cantik sekali dan berhijab syar’i dengan sangat rapi, belakangan malah telah mengenakan burqo. Kening saya berkerut, ada apa dengan para lelaki sekarang ini. Diberi istri cantik dan sholihah, masih saja tidak merasa cukup. Jika mencari kesempurnaan, tentu tidak akan pernah menemukan akhir. Selalu ada langit di atas langit. Mau mencapai langit yang seberapa tinggi? Tidak takut jatuh? semakin tinggi tentu akan terasa semakin sakit ketika jatuh.
Tidak bijak rasanya jika hanya mengkritisi dari sisi lelaki, mari kita coba lihat dari sisi perempuannya itu sendiri. Jika menilik dari kasus istri ustadz tadi, sang istri mengatakan bahwa alasan dirinya memilih ustadz tersebut sebagai suami adalah karena dia menganggap sang ustadz memiliki pengetahuan agama dan akhlaknya yang baik, yang dengan itu diharapkan dapat membimbing dan memperlakukan pasangannya secara baik pula. Nah, menurut saya di sinilah awal ‘kesesatan’ kita sebagai perempuan. Kenapa saya katakan sesat, karena dengan harapan seperti itu secara tidak sadar kita telah menggantungkan harapan pada selain Allah. 
Saya jadi teringat dengan seorang kawan yang telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah, semoga Allah memuliakan dan memberikan tempat yang lapang di sisi-Nya, kawan saya yang insya Allah sholihah ini memberi saya nasihat berharga yang baru saya pahami benar maknanya setelah bertahun-tahun kepergiannya. Dia menasihatkan pada saya, bahwa ketika kita menikahi seseorang  hendaknya kita tidak menggantungkan harapan apapun padanya. Misalkan berharap dia akan membimbing kita masalah agama. Berharaplah hanya kepada Allah, itu pesannya. Jika butuh dibimbing, mintalah bimbingan dari-Nya langsung. Menjadi baiklah dan tetap baik dengan siapapun kita berpasangan kelak, jangan berubah dan jangan pernah tergoyah oleh apapun.
Saya sangat suka menguraikan sesuatu menggunakan analogi. Jika hidup ini dianalogikan sebagai sebuah perjalanan, tentu akan sangat menyenangkan jika kita mendapat teman seperjalanan yang mengasyikan, yang pandai membuat perjalanan jadi tidak membosankan dan bersamanya kita jadi terus bersemangat melakukan perjalanan tersebut sampai akhir. Tapi kita tidak bisa memastikan teman seperjalanan seperti apakah yang kelak akan kita dapatkan. Lalu, jika ternyata kita mendapat teman seperjalanan yang tidak seperti keinginan kita atau jauh dari apa yang kita harapkan, apakah kita bisa memilih untuk menghentikan perjalanan? Tentu kita akan tetap harus melakukan perjalanan itu sampai akhir, dengan atau tanpa teman seperjalanan. Tapi memiliki seorang teman di samping kita, bagaimanapun keadaannya, tentu akan masih lebih baik daripada benar-benar sendirian. Itu adalah satu hal yang patut disyukuri.
Berumah-tangga adalah sebuah perjalanan istimewa yang Allah berikan untuk kita. Untuk perjalanan istimewa ini, kita dihadiahi seorang teman seperjalanan. Dalam kalam ilahi, dikatakan bahwa kita akan berpasangan dengan seseorang yang ‘serupa’ kita.
Kita semua, baik itu lelaki atau perempuan, tentu mengharap akhir yang baik dari kehidupannya. Apalagi yang lebih baik dari surga. Bagi saya, lelaki adalah partner yang Allah pilihkan untuk menjadi teman seperjalanan hingga mencapai surga-Nya. Idealnya, kita akan saling menguatkan, saling menyemangati, dan berbagi. Tapi apapun keadaannya, saya adalah penolong bagi diri saya sendiri. Saya tidak akan menjadi lemah hanya karena dia tidak menguatkan saya. Jika dia bukan penyemangat yang baik, saya akan menyemangati diri saya sendiri dan menularkan semangat itu padanya. Kendatipun dia bukan seorang yang suka berbagi, maka saya akan tetap berbagi segala kebaikan dengannya. Setelah segala doa dan ikhitiar saya, dialah yang saya dapatkan, maka dialah jalan surga saya. Jangan tergantung pada seperti apa dia, dengan siapapun kelak kita berpasangan tetaplah berakhlak baik karena Allah.


Wallahu a’lam bishowab...

Kepingan Puzzle

Puzzle adalah mainan yang paling saya suka ketika kecil dulu. Menyusun tiap kepingnya hingga menjadi satu gambar utuh memberikan kesenangan tersendiri. Makin tinggi tingkat kesulitannya, makin lah saya tertantang untuk menyelesaikannya. Kita harus bisa menemukan dan memasang dengan benar setiap keping puzzle itu untuk dapat melihat keseluruhan gambarnya dengan jelas.   
                Ketika dewasa, saya melihat serangkaian kejadian yang kita alami dalam hidup ini serupa dengan keping-keping puzzle. Sayangnya, di usia sekarang ini, saya seringkali tidak sabar menunggu setiap keping puzzle itu terbuka semua untuk sebuah gambar. Saya terburu-buru menginterpretasi, kemudian mengambil kesimpulan ngawur yang berujung pada keputusan dan tindakan yang salah, lalu di akhir menyesalinya.
Saya analogikan seperti ini, kita sedang menyusun puzzle dari sobekan gambar seekor gajah yang sedang menyepak, ketika sobekan-sobekan gambar itu belum ditemukan semua kita tidak bisa menyimpulkan gajah tersebut menyepak untuk menyerang atau untuk bermain bola. Jika gambar ini akan dijadikan dasar untuk memutuskan apakah si gajah adalah hewan yang harus dibunuh karena telah menyerang manusia, kita tidak bisa langsung mengambil keputusan hanya dengan melihat kakinya yang sedang menyepak, sementara apa yang disepaknya belum diketahui. Jika lalu memutusakan membunuh si gajah dan kemudian ternyata yang disepaknya adalah bola, kita tidak mungkin menghidupkan lagi si gajah sebagai bentuk penyesalan atas keputusan yang salah.
Kadang asumsi membawa kita pada ego untuk membuktikan bahwa apa yang kita asumsikan adalah benar, hingga kita hanya mau melihat apa yang ingin kita lihat. Jika kita mengasumsikan bahwa gajah itu telah menyepak manusia, lalu kita menyimpulkan bahwa gajah itu pembunuh, ego kita menginginkan yang terlihat adalah gambar seekor gajah sedang menyepak manusia. Kita mati-matian mencari sobekan-sobekan yang hilang untuk membuktikan asumsi kita. Jika sobekan-sobekan itu tidak bisa kita temukan, lebih banyak dari kita kira-kira akan mengambil simpulan yang mana? Apakah si gajah pembunuh atau penyepak bola?  

Permainan puzzle ini mengajarkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tekun mengumpulkan setiap kepingnya, teliti dalam menyusunnya, dan sabar untuk melihat keseluruhan gambar. Apa yang terlihat belum tentu adalah yang sebenarnya.