"And if I told you that I loved you
You'd maybe think there's something wrong
I'm not a man of too many faces
The mask I wear is one..."
Sir Gordon Sumner, you are the best!
Sedih, selalu tidak bisa menikmati aksi panggungnya secara langsung setiap kali Sting berkesempatan mampir di Indonesia. Banyak sekali kenangan dengan lagu-lagu Sting, baik solo maupun bersama The Police.
Ketika SMA, kaset Sting ini bolak-balik saya putar sepanjang perjalanan menuju sekolah dan sampai pulang lagi ke rumah. Kadang berbagi earphone dengan 'teman seperjalanan', hehe. Saat kuliah juga sama, Bandung-Jatinangor ditemani suara om Gordon.
Saat ini pun, ketika suasana hati tak karuan, hanya suara om Gordon yang ingin saya dengar. Entah sudah berapa ratus kali lagu 'Shape of My Heart' ini diulang.
Fyuuuhhh... feel tired... maybe this is the time, to say enough... :'( I don't want to wear any mask... nor that 'favourite' smiling face one.
Sabtu, 09 April 2016
Sabtu, 02 April 2016
Penciptaan Para Malaikat
Tulisan ini saya dapatkan dari https://muhdhazrie.wordpress.com/2014/04/25/penciptaan-para-malaikat/
Saya salin di sini untuk menyimpannya,
supaya mudah jika ingin membaca-baca lagi. Niatnya sih nanti akan saya
ceritakan pada ponakan dan anak-anak saya, hehe.
Terjemahan
dari kitab “Kasbul Ghaibiyah”
Sesungguhnya Allah telah
menciptakan malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebagai pemimpin bagi
seluruh malaikat yang jumlahnya hanya Allah yang mengetahui. Mereka bertugas
mengatur semua kegiatan makhluk Allah, baik yang ada di langit maupun yang ada
di bumi.
Malaikat
Jibril sebagai SHAHIBUL WAHYU, yang bertugas
menyampaikan pesan Allah berupa wahyu kepada para Nabi dan Rasul, juga berupa
ilham kepada Wali Allah. Malaikat Mikail sebagai SHAHIBUR
RAZZAQ, yang bertugas mengatur pembagian rizki Allah kepada
seluruh makhluk yang di darat, laut, maupun udara. Juga seluruh makhluk yang
hidup di atas langit.
Malaikat
IzrAil sebagai SHAHIBUR RUH, yang bertugas
mengatur pencabutan nyawa makhluk yang memiliki ruh, seperti manusia, jin,
hewan, malaikat dan seluruh makhluk langit, kecuali yang Allah kehendaki untuk
tetap hidup. Malaikat Israfil sebagai SHAHIBUL QORN, yang bertugas
menentukan segala akhir kehidupan makhluk dan menentukan pembangkitan mereka
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan pengadilan akhirat.
Sayidina
Abdullah bin Abbas r.a, menjelaskan : malaikat Israfil adalah malaikat pertama
yang diciptakan oleh Allah, pada saat penciptaan malaikat Israfil, ia memohon
kepada Allah agar diberikan kepadanya, kekuatan 7 petala langit dan bumi, kekuatan
angin dan kokohnya gunung, kekuatan seluruh jin dan manusia serta kekuatan
seluruh binatang buas, maka Allah kabulkan permintaannya tersebut. Dari atas
kepala sampai tapak kakinya dipenuhi dengan bulu yang terus menerus bertasbih
memuji ke Maha Agungan Allah dan disetiap bulu ada satu malaikat yang bertasbih
hingga datangnya hari kiamat, mereka dinamakan malaikat MUQORROBUN,
yakni malaikat pemikul Arsy (dan pada setengah riwayat mereka dinamakan
malaikat KIRAMAN KATIBIN) yang diciptakan
serupa dengan malaikat Israfil, adapun jumlah bilangan mereka hanya Allah yang
mengetahuinya. Malaikat Israfil selalu menengok ke dalam neraka jahannam,
setiap menengok ia menangis dan menjerit, karena takut azab Allah yang selalu
mengintainya. Dan tentang besarnya malaikat Israfil adalah, apabila seluruh air
laut yang ada di dunia ini dituang/ditumpahkan ke atas kepalanya, maka tidak
ada satu tetespun yang terjatuh.
Malaikat
yang diciptakan setelah Israfil adalah malaikat Mikail, masa penciptaannya
adalah 500 tahun. Dari atas kepalanya sampai telapak kaki dipenuhi dengan bulu
yang terbuat dari minyak Ja’faron, sayapnya berwarna hijau yang terbuat dari
larutan minyak Zabarjad. Pada setiap bulunya ada seribu macam wajah, dan pada
setiap wajahnya ada seribu mata, yang semuanya menangis, karena merasa kasihan
kepada setiap orang yang beriman tapi masih suka mengerjakan dosa besar, dan
pada setiap wajah ada seribu mulut dan lidah yang selalu bertasbih mengagungkan
asma Allah dengan 1000 macam bahasa yang berlainan.
Dan pada
setiap wajahnya ada sejuta titik yang terdiri dari para malaikat, mereka adalah
tentara malaikat Mikail yang bertugas membantunya mengatur pembagian rizqi
Allah kepada seluruh makhluk, namanya malaikat KARIBUN. Mereka melakukan
tugasnya sambil bertasbih kepada Allah sampai datangnya hari kiamat, maka tak
ada satupun rizqi Allah yang ada di permukaan bumi ini, kecuali di dalamnya ada
satu malaikat yang menjaganya.
Malaikat
Jibril diciptakan setelah penciptaan malaikat Mikail, masa penciptaannya adalah
500 tahun. Malaikat Jibril memiliki 1600 sayap. Dari atas kepala sampai telapak
kakinya dipenuhi dengan bulu yang terbuat dari minyak Ja’faron dan pada setiap
helai bulunya mengeluarkan cahaya laksana bulan purnama. Malaikat Jibril masuk
ke dalam lautan cahaya Illahiyah sebanyak 370 kali setiap harinya, maka apabila
ia keluar dari dalam lautan cahaya Illahiyah, berguguranlah titik-titik yang
memenuhi sayapnya, lalu Allah ciptakan dari setiap titik yang berguguran itu
satu malaikat untuk mendampinginya kemana saja ia pergi, mereka dinamakan
malaikat Ruhaniyun yang selalu bertasbih hingga tibanya hari kiamat.
Pimpinan
dari seluruh malaikat Allah yang terakhir diciptakan adalah malaikat Izrail, ia
dikenal juga dengan sebutan malaikat maut. Besar, kuat, rupa dan bentuknya sama
persis dengan malaikat Israfil. Dalam sebuah khabar diceritakan, bahwa tatkala
Allah akan menciptakan malaikat maut, perihal penciptaannya dirahasiakan bagi
seluruh makhluk Allah yang tinggal di langit serta ditutupi dengan 1000 lapis
hijab yang terbuat dari cahaya.
Mengenai
besarnya adalah andaikan seluruh air lautan dituangkan di atas kepalanya, maka
tidak ada satu tetes pun yang terjatuh. Dan jauhnya perjalanan jarak antara
Masyriq dan Maghrib (Timur dan Barat) bagaikan seorang yang sedang menghadapi
hidangan di atas meja makan. Dan besarnya alam raya ini bagi malaikat maut,
seperti seseorang yang tengah membolak balikkan sekeping uang logam. Pada saat
penciptaannya, ia diikat dengan 70.000 rantai, dan setiap rantai panjangnya
1000 tahun perjalanan dunia, dan tidak ada satu pun malaikat Allah mengetahui
dimana tempatnya berada dan bagaimana rupa sebenarnya.
Maka
tatkala Allah menciptakan Almaut, Dia mempercayakan Almaut pada malaikat Izrail
untuk menanggungnya. Malaikat Izrail bertanya kepada Allah : “Ya Allah, apa dan
siapa Almaut itu?”, Allah segera membuka tabir yang menutupi Almaut, sehingga
seluruh malaikat yang ada di langit dapat menyaksikannya. Lalu Allah berfirman
kepada Almaut : “Hai Almaut, terbanglah di atas kepala mereka dan tebarkanlah
seluruh sayapmu”, Almaut segera terbang dengan gagahnya di atas para malaikat,
demi melihat kehebatan dan kewibawaannya, mereka jatuh tersungkur tak sadarkan
diri selama 1000 tahun, setelah sadar mereka serentak bertanya “Ya Allah,
makhluk apakah itu?, betapa hebatnya dia, sehingga kami tak sanggup
menyaksikannya?”.
Allah
menjawab : “Dialah Almaut, dan kalian semua akan merasakan kepedihannya”.
Kemudian
Allah berpaling kepada malaikat Izrail : “Ya Izrail, genggamlah dia, Aku
percayakan Almaut kepadamu.
Malaikat
Izrail bertanya : “Ya Allah, zat yang memiliki segala kekuasaan dan kekuatan,
bagaimanakah aku harus menggenggamnya, sedangkan ia lebih besar dan lebih hebat
dari pada aku?”.
Allah
menjawab : ‘Jangan khawatir, engkau memiliki kekuatan yang tidak pernah
Kuberikan kepada makhluk yang lain, genggamlah Almaut atas perintah dan
izin-Ku’. Akhirnya malaikat Izrail bersedia menerima perintah Allah untuk
mengendalikan Almaut bagi seluruh makhluk yang memiliki ruh.
Dalam
sebuah riwayat diceritakan, sebelum Almaut dipercayakan kepada malaikat Izrail,
ia minta izin kepada Allah untuk berteriak di tujuh petala langit, dan Allah
pun memberinya izin, lalu ia berteriak sekuat tenaga sehingga suaranya
menggetarkan seluruh penduduk 7 lapis langit.
“Hai
makhluk Allah, akulah Almaut, yang akan mencerai beraikan sepasang suami isteri
yang sedang bercinta membina rumah tangganya. Akulah yang akan memisahkan anak
dari induknya, sehingga ia menjadi yatim piatu. Akulah yang akan membuat
seorang suami menjadi duda, dan seorang isteri menjadi janda, akulah yang
memporakporandakan ketentraman hidup manusia. Akulah yang meramaikan pekuburan
dan ingatlah seluruh makhluk Allah aku akan mendatangimu, walaupun kamu
sembunyi di dalam sebuah benteng yang terbuat dari baja sekalipun”. Demikianlah
teriakan Almaut yang membuat gentar seluruh penduduk langit dan bumi.
Dalam
sebuah riwayat diceritakan, bahwa apabila Almaut hendak mendatangi seseorang,
ia berdiri tegak dihadapannya, lalu orang itu bertanya : “Siapa kamu dan apa
maksud kedatanganmu untuk menemuiku?”. Almaut menjawab : “Akulah Almaut”,
mendengar jawaban tersebut, tubuh orang itu bergetar. “Akulah yang akan
mengeluarkanmu dari kehidupan dunia, akulah yang akan menjadikan anak
kesayanganmu menjadi yatim, akulah yang akan membuat isteri kesayanganmu yang
cantik menjadi janda, dan akulah yang akan menjadikan harta kekayaanmu menjadi
hak ahli waris”. Mengapa kau sia-siakan hidupmu yang sebentar ini?, mengapa
tidak kau penuhi catatan kitab amalmu dengan kebaikan?, mengapa kau lupakan ajaran
Tuhanmu yang telah melimpahkan rizqi yang banyak?, mengapa kau pentingkan
kehidupan dunia-mu dari pada akhirat-mu, padahal engkau tahu bahwa kehidupan di
negeri akhirat itu lebih baik dan kekal?. Pada saat inilah Allah telah
menentukan akhir hidup-mu, bersiap-siaplah hai hamba Allah yang durhaka, ruhmu
akan kucabut!!. Ketika mendengar keterangan dari Almaut, ia segera memalingkan
kepalanya ke kanan, disana ia melihat Almaut sedang menatap tajam kepadanya,
begitu ia menatap ke Sebelah kiri, atas, bawah, bahkan ketika ia memejamkan
matanya sekalipun, seolah-olah Almaut berada di pelupuk matanya.
Diceritakan
pula dalam sebuah riwayat, bahwa tempat tinggal Almaut, adalah langit ke tujuh,
akan tetapi ada ulama ahli kasyap yang berpendapat, bahwa tempat tinggalnya di
langit yang keempat, dan Allah menciptakannya dari cahaya.
Almaut
memiliki wajah yang menghadap ke Barat, Timur, Utara dan Selatan serta 70.000
kaki dan 4000 sayap, tubuhnya dipenuhi dengan mata dan lidah yang jumlahnya
sebanyak bilangan makhluk Allah yang bernyawa, dari pada manusia, jin, hewan,
malaikat dan seluruh makhluk Allah yang tidak kita ketahui namanya, mata
tersebut selalu mengawasi makhluk yang ditujunya, maka apabila makhluk itu mati
terpejamlah mata yang menempel di tubuh Almaut.
Dan menurut
riwayat yang lain, Almaut memiliki 4 wajah yang berlainan letak di atas
kepalanya. Yaitu :
1. Wajah
yang ada di atas kepalanya.
2. Wajah
yang ada dihadapannya
3. Wajah
yang ada di belakangnya
4. wajah
yang berada di telapak kakinya.
Tatkala
alamut hendak mencabut ruh para Nabi dan Rasul serta ruh para malaikat, ia
menggunakan wajah yang ada di kepalanya, apabila hendak mencabut ruh orang
mu’min yang sholeh, ia menggunakan wajah yang ada dihadapannya, apabila hendak
mencabut ruh orang kafir, ia menggunakan wajah yang ada di belakangnya, dan
apabila ia hendak mencabut ruh iblis, jin dan segala tentaranya, ia menggunakan
wajah yang ada di telapak kakinya, salah satu kakinya selalu berpijak di tepi
surga dan kakinya yang lain berpijak di tepi neraka.
Apabila
ada orang kafir yang akan menemui ajalnya, Almaut segera turun dari langit
bersama malaikat azab dengan wajah yang hitam dan kedua matanya yang merah
menyala, ia membawa seperangkat pakaian dari neraka, kemudian keduanya duduk di
sisi mayit sambil menanti kedatangan malaikat Izrail, maka setelah ruh si kafir
itu dicabut, lalu diberikan ruh itu kepada malaikat azab untuk dibawa ke Sijjil
(tempat menyimpan arwah orang-orang kafir).
Tatkala
malaikat maut menjumpai sesorang yang hendak meninggal dunia ia bertanya kepada
orang itu, ‘Hai hamba Allah, apakah engkau mengenalku?, akulah malaikat maut
yang telah mengambil (mencabut) ruh kedua orang tua mu, dan sebenarnya engkau
pun telah tahu bahwa suatu saat akupun datang mencabut nyawamu, mengapa semua
ini tidak kau sadari?, bukankah telah cukup peringatan dari kedua orang tua mu,
pada saat ini aku hendak mencabut nyawamu, dan engkau dapat menyaksikan ratapan
dan tangisan anakmu, isterimu, tetanggamu dan sahabatmu yang mengiringi
kepergianmu ke alam akhirat”.
“Hai
hamba Allah, akulah malaikat maut yang telah lama kau kenal, betapa banyak
tanda-tanda yang telah kau ketahui tentang saat kedatanganku, bagaimanapun
hebat dan kuasanya seseorang, bagaimanapun kaya rayanya seseorang, dan
bagaimanapun cantiknya, semua tak terlepas, dari pengawasanku”. “Hai hamba
Allah, bagaimana penilaianmu terhadap kehidupan ini?”, si mayit menjawab, “pada
saat ini akupun telah menyadari bahwa hidup di dunia hanya permainan dan tipu
daya yang menyesatkan”.
Hai hamba
Allah yang durhaka!, mengapa kau tidak merasa malu mengerjakan dosa dan mengapa
engkau tidak mampu menahan diri dari melakukan maksiat, hidup mu hanya di isi
dengan usaha-usaha duniawi yang melalaikan ingat kepada Allah, kamu tidak
mengenal mana yang haram dan mana yang halal, seolah-olah hidupmu akan abadi di
dunia ini.
Hai hamba
Allah, harta kekayaan yang telah engkau usahakan, kini bukan milikmu lagi,
semua hartamu kini sudah diperebutkan oleh anak-anakmu sebagai harta warisan,
mereka sudah tidak mencintaimu lagi mereka lebih mencintai harta warismu,
padahal masa hidupmu berjuang untuk membahagiakan mereka. Engkau telah
melupakan jalan Allah, padahal Dia telah memberimu nikmat yang banyak. Engkau
habiskan hartamu untuk kesenangan hawa nafsu yang membahayakan iman. Kamu tak pernah
bershadaqah, padahal jalan untuk mensyiarkan agama Allah sangat banyak. Kamu
tidak pernah berinfaq, padahal jutaan fakir miskin selalu menanti uluran
tanganmu.
Hai hamba
Allah, pernahkah kamu membaca ayat Allah yang berbunyi :
“(yaitu)
di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, Kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih, Dan (di hari itu) didekatkanlah surga
kepada orang-orang yang bertakwa, Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim
kepada orang- orang yang sesat”, (QS. Asy-Syuara’:88-91) Pada hari ini, harta
benda dan anak isteri tidak bermanfaat lagi, kecuali bagi orang yang menjumpai
Allah dengan hati yang tentram sejahtera.
Mendengar
penjelasan dari malaikat maut si mayit menangis menjerit-jerit : “Ya Allah, ya
Tuhanku tundalah masa pencabutan nyawaku ini, kembalikanlah aku ke alam dunia
aku akan beribadah dan bershadaqah, serta menjadi orang mu’min yang shaleh.
Allah berfirman : “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila Telah
datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
dapat (pula) memajukannya”. (QS. Al-A’raf:34) Apabila ajal telah menjumpai
mereka, tidak dapat ditunda-tunda dan tidak dapat pula dipercepat. Allah
berfirman lagi :
“Sekali-kali
jangan curang, Karena Sesungguhnya Kitab orang yang durhaka tersimpan dalam
sijjin, Tahukah kamu apakah sijjin itu?, (ialah) Kitab yang bertulis”. (QS.
Al-Muthaffifi:7-9)
Sebagian
ulama ahli tauhid berpendapat, bahwa malaikat Izrail bertugas mencabut ruh para
Nabi dan Rasul saja, sedangkan manusia, malaikat, jin dan binatang, ia memberi
tugas kepada malaikat yang mendampinginya. Apabila seluruh makhluk telah
dicabut nyawanya, hilanglah (terpejamlah) mata yang memenuhi seluruh tubuh
Almaut dan berarti tugasnya sebagai pencabut ruh telah selesai, kecuali ada 8
malaikat yang tidak tercantum namanya ditubuh Almaut yaitu : malaikat Jibril,
Mikail, Israfil, Izrail dan 4 malaikat pemikul Arsy.
Tatkala
malaikat maut menerima tugas sebagai pencabut nyawa, ia bertanya kepada Allah,
Ya Allah, bagaimana aku dapat mengetahui, bahwa pada saat ini ada seseorang
dari hambamu yang akan mati? Allah menjawab : Demi kekuasan yang berada di
kedua tanganku, sesungguhnya aku telah mewakilkan bagi yang mengatur nafasnya,
malaikat yang mengatur rizkinya dan malaikat yang mencatat amalnya. Apabila
telah tiba ajal mereka akan datang kepadamu melaporkan tugasnya, jika ia orang
shaleh, amalnya akan ditulis dengan cahaya, tapi jika ia orang durhaka, amalnya
akan ditulis dengan bara api yang hitam, maka gugurlah daun yang bertuliskan
namanya di bawah Arsy tepat dihadapan malaikat maut dan ia pun segera
melaksanakan tugasnya.
Syekh
Ka’ab Al Ahbar berpendapat : “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sebuah pohon
kayu yang tumbuh di bawah Arsy, pohon itu dinamakan سجرة المنتهــى (Sajaratul Muntaha) yang mempunyai daun sebilangan makhluk Allah,
apabila seorang hamba memiliki jatah umur 40 hari lagi. Maka daun yang
bertuliskan namanya berguguran tepat dihadapan malaikat maut, kemudian ia
memerintahkan satu malaikat untuk mempersiapkan pencabutan ruhnya, dan semua
penduduk langitpun tahu bahwa orang itu akan mati, padahal ia masih hidup di
bumi 40 hari lagi.
Sebagian
ulama berpendapat : apabila seorang hamba akan menemui ajalnya, Allah
memerintahkan satu malaikat untuk menulis namanya dan di tempat mana ia akan
mati, lalu dilaporkan kepada malaikat maut dan iapun segera menjalankan
tugasnya.
Imam Abu
Laits berkata : Apabila seseorang hamba akan menemui ajalnya, berguguranlah
daun kayu yang bertuliskan namanya. Jika daun itu berwarna hijau, orang itu
dianggap celaka dan jika daunnya berwarna putih, orang itu akan selamat
menghadap Allah. Adapun tempat kematiannya telah ditentukan oleh Allah.
Sesungguhnya
Allah telah menciptakan satu malaikat yang bernama malaikat Arham, ia dan tentaranya
bertugas menjaga seorang ibu yang sedang hamil, apabila telah genap 4 bulan, ia
mencampur cairan janin bayi tersebut dengan tempat matinya nanti, maka apabila
telah mahir kemanapun ia pergi, ia pasti akan menuju tempat kematiannya.
Sesuai
dengan firman Allah dalam Al-Qur’an :
Katakanlah:
“Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan
dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata:
“Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini,
niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya
kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat
demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa
yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS. Ali-Imran:154)
Diceritakan
oleh seorang ulama, bahwa malaikat maut pernah bersilaturahmi kepada nabi
Sulaiman as. Dengan menyamar sebagai manusia, pada saat itu Nabi Sulaiman as.
Sedang bercakap-cakap dengan seorang pemuda. Setelah duduk, perhatiannya tidak
terlepas kepada pemuda tersebut sehingga membuatnya menjadi ketakutan, lalu ia
berkata kepada Nabi Sulaiman as. : “Ya Nabi Allah, izinkanlah hamba pergi
kenegeri Cina, hamba hendak mengadu nasib di sana.!”
Kemudian
Nabi Sulaiman memerintahkan angin untuk menbawanya ke negeri Cina, setelah
pemuda itu pergi, malaikat maut mendekati Nabi Sulaiman.
“Ya Nabi
Allah, hamba mendapat tugas dari Allah untuk mencabut nyawa pemuda tadi hari
ini di negeri Cina dan pada mulanya hamba heran, mengapa ia berada disini
sedang akhir hidupnya berada di negeri Cina, tapi setelah hamba mendengar
percakapan tuan tadi, hilanglah rasa heran hamba..!” Nabi Sulaiman as.
Tersenyum : “Pergilah kamu hari ini ke negeri Cina dan laksanakanlah tugasmu!
Sesungguhnya Allah telah menentukan dimana seorang hamba akan menjumpai
ajalnya”.
Sebagian
ulama berpendapat “Sesungguhnya Allah-lah yang telah menghidupkan dan mematikan
seluruh makhluknya, adapun kematian seorang hamba itu hanya disandarkan kepada
malaikat maut, sebagai pelaksana tugas sedangkan pada hakekatnya Allah-lah yang
telah mematikannya sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an “Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati…” (QS.
Az-Zumar : 43)
Diceritakan
pula oleh seorang ulama, bahwa ada seorang pemuda shaleh yang selalu berdo’a
dengan ucapan اللهم اغفرلى وملك الشمس (Allahumma ighfirlii wa malakus syam) “Ya Allah ampunilah segala dosaku
dan rahmatilah malaikat penjaga matahari”.
Do’a ini
selalu diucapkan dimanapun ia berada, sehingga membuat malaikat penjaga
matahari minta izin kepada Allah untuk menjumpainya, dan Allah pun
mengizinkannya.
Setelah
keduanya bertemu; malaikat penjaga matahari bertanya kepadanya : “Hai pemuda,
apa maksudmu selalu mendo’akan aku?”. Pemuda itu menjawab : “aku ingin kau
membawaku ke alam malaikat, lalu pertemukanlah aku dengan malaikat Izrail atau
malaikat maut”. “Untuk apa?” Tanya malaikat penjaga matahari. “Aku ingin
bertanya kepadanya, kapan ajalku tiba dan dimana tempat kematianku nanti”.
Atas izin
Allah, pemuda itu pun dibawa oleh malaikat penjaga matahari untuk menemui
malaikat maut setibanya di matahari, malaikat itu berkata : “Tunggulah kamu
disini sebentar, aku ingin menemui malaikat maut, dilangit keempat. Setibanya
disana, ia berkata kepada malaikat maut “Hai malaikat maut, ada seorang pemuda
shaleh yang selalu mendo’akan aku dan ia pun ingin sekali bertemu dengan mu”.
“Untuk apa?’ Tanya malaikat maut. “Dia hendak menanyakan kapan ajalnya tiba,
dimana tempat kematiannya nanti”. Malaikat maut menjawab : “Hai malaikat
penjaga matahari, sesungguhnya ajal pemuda itu adalah kau ini, dan tempat
kematiannya adalah dekat dengan matahari.
Mendengar
jawaban tersebut, malaikat penjaga matahari bergegas kembali ketempat pemuda
itu menunggunya, dan benarlah pemuda itu telah meninggal.
Dan
sebagian ulama berpendapat bahwa hewan selalu berdzikir kepada Allah siang dan
malam sebagaimana halnya para malaikat, apabila ia berhenti berdzikir, maka
malaikat maut pun siap mencabut ruhnya. Demikianlah.. Wallahu a’lam.
Kamis, 31 Maret 2016
Faust Monolog
Habe nun, ach! Philosophie,
Juristerei und Medizin,
Und leider auch Theologie
Durchaus studiert, mit heißem Bemühn.
Da steh' ich nun, ich armer Tor,
Und bin so klug als wie zuvor!
Heiße Magister, heiße Doktor gar,
Und ziehe schon an die zehen Jahr'
Herauf, herab und quer und krumm
Meine Schüler an der Nase herum -
Und sehe, daß wir nichts wissen können!
Das will mir schier das Herz verbrennen.
Zwar bin ich gescheiter als alle die Laffen,
Doktoren, Magister, Schreiber und Pfaffen;
Mich plagen keine Skrupel noch Zweifel,
Fürchte mich weder vor Hölle noch Teufel -
Dafür ist mir auch alle Freud' entrissen,
Bilde mir nicht ein, was Rechts zu wissen,
Bilde mir nicht ein, ich könnte was lehren,
Die Menschen zu bessern und zu bekehren.
Auch hab' ich weder Gut noch Geld,
Noch Ehr' und Herrlichkeit der Welt;
Es möchte kein Hund so länger leben!
Drum hab' ich mich der Magie ergeben,
Ob mir durch Geistes Kraft und Mund
Nicht manch Geheimnis würde kund;
Daß ich nicht mehr mit sauerm Schweiß
Zu sagen brauche, was ich nicht weiß;
Daß ich erkenne, was die Welt
Im Innersten zusammenhält,
Schau' alle Wirkenskraft und Samen,
Und tu' nicht mehr in Worten kramen.
Johann Wolfgang von Goethe
Juristerei und Medizin,
Und leider auch Theologie
Durchaus studiert, mit heißem Bemühn.
Da steh' ich nun, ich armer Tor,
Und bin so klug als wie zuvor!
Heiße Magister, heiße Doktor gar,
Und ziehe schon an die zehen Jahr'
Herauf, herab und quer und krumm
Meine Schüler an der Nase herum -
Und sehe, daß wir nichts wissen können!
Das will mir schier das Herz verbrennen.
Zwar bin ich gescheiter als alle die Laffen,
Doktoren, Magister, Schreiber und Pfaffen;
Mich plagen keine Skrupel noch Zweifel,
Fürchte mich weder vor Hölle noch Teufel -
Dafür ist mir auch alle Freud' entrissen,
Bilde mir nicht ein, was Rechts zu wissen,
Bilde mir nicht ein, ich könnte was lehren,
Die Menschen zu bessern und zu bekehren.
Auch hab' ich weder Gut noch Geld,
Noch Ehr' und Herrlichkeit der Welt;
Es möchte kein Hund so länger leben!
Drum hab' ich mich der Magie ergeben,
Ob mir durch Geistes Kraft und Mund
Nicht manch Geheimnis würde kund;
Daß ich nicht mehr mit sauerm Schweiß
Zu sagen brauche, was ich nicht weiß;
Daß ich erkenne, was die Welt
Im Innersten zusammenhält,
Schau' alle Wirkenskraft und Samen,
Und tu' nicht mehr in Worten kramen.
Johann Wolfgang von Goethe
Senin, 28 Maret 2016
Kapan Menikah?
“Kenapa belum menikah?,” lalu disusul, “Udah ada calonnya belum?,” dan yang telak menghujam adalah, “Lo masih doyan laki kan?.”
Setahun terakhir, berkisar di situ saja pertanyaan yang dialamatkan pada saya.
Annoying? Hehe...kalau saya sih, "yes." Males keleeeeus ditanya-tanya itu melulu. Keberadaan
kami yang masih melajang di usia thirty
something menjadi sesuatu yang mungkin bagi sebagian masyarakat terlihat janggal dan layak
untuk dipertanyakan, sekalipun misalnya kami hidup dengan bahagia dalam
kelajangan kami.
Saya seorang muslim, kemusliman tersebut berkonsekuensi pada setiap jengkal detil-detil kehidupan yang saya jalani. Hal apapun, bahkan yang sekecil-kecilnya,
saya berusaha tunduk patuh pada aturan islam. Siapa saya, berani menentang-Nya.
Mengenai pernikahan, baginda nabi
menyatakan bahwa yang tidak menikah bukan termasuk umatnya. Beliau adalah
junjungan, panutan, seseorang yang sangat saya percayai segala perkataannya. Apalagi
yang lebih mengerikan dari tidak diakui sebagai umat beliau.
Tidak perlu lah saya umbar-umbar sedang menjalin hubungan dengan siapa, toh
kelangsungan hubungan itupun tidak pernah saya ketahui dengan pasti akan
berjalan berapa lama dan berujung seperti apa. Saya hanya
menjalani, mengusahakan yang terbaik dan berserah pada keputusan-Nya. Sejak tidak
merasa nyaman dengan konsep ‘pacaran’, saya berhenti pacaran. Hubungan yang
dijalani lebih sebagai proses mengomunikasikan hal-hal yang prinsip, berusaha
menemukan kecocokan dan mengukur kesanggupan untuk saling menerima kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Jika di perjalanan terasa tidak lagi sanggup bertahan atau tidak kunjung mendapatkan ketetapan hati,
ya saling jujur secepat-cepatnya agar tidak membuang waktu percuma. Aneh? Saya
lebih suka dianggap aneh daripada bertahan pada sesuatu yang hati saya tidak
berkenan menjalaninya.
Tidak banyak laki-laki yang sepaham dengan jalan yang saya pilih. Tidak ada
kontak fisik, sepertinya itu yang terberat bagi mereka. Saya jengah berangkul-rangkulan,
atau bahkan sekadar bergandengan tangan ketika menyebrang jalan. Jikalau lah mereka
tahu, setiap sentuhan tidak halal itu memberikan kerikil-kerikil panas bagi
orang tua kami. Saya sayang sekali orang tua saya, terlebih lagi ibu. Mana lah
saya tega menghadiahi beliau bara neraka. Na’udzubillah.
Dulu di masa kuliah, setiap kali mendapat pertanyaan apa nanti akan
bekerja di organisasi internasional atau menjadi pegawai kedutaan, selalu saya
jawab bahwa itu tergantung keridhoan suami saya. Selama belum menikah, saya bebas mengambil pekerjaan yang saya suka. Setelah menikah, saya hanya akan ambil pekerjaan yang
dia ridho atasnya, tidak akan saya bantah. Saya sekolah tinggi bukan untuk
bekerja di mana atau meraih posisi apa, pada dasarnya saya senang belajar, itu
saja. Lagi-lagi terasa aneh? Ya, tidak apa-apa. Kita tidak harus selalu punya
pemikiran yang sama kan?
Arrijaalu qowwaamuuna ‘alan nisaa’. Satu hal yang tidak bisa saya turunkan
standarnya dari kriteria suami yang saya harapkan, memiliki kualitas sebagai
seorang imam. Dia akan menjadi imam dalam rumah tangga kami, dan saya beserta
keturunan kami kelak adalah makmumnya. Seperti dalam sholat berjama'ah, imam harus
memiliki kualitas yang disyaratkan, di antaranya adalah ketartilan dan
kefasihan bacaan Qur’annya. Tentu saya mengharap suami yang tidak hanya dapat
membaca Qur’an dengan baik dan benar tapi juga memahami dan mengamalkan apa
yang telah dibacanya. Banyak hal yang akan dialami selama mengarungi bahtera
rumah tangga, cukuplah Qur’an menjadi pedoman kami dalam menghadapi gelombang
dan badai yang menghadang. Pemimpin yang baik akan membuat seluruh anggotanya padu
berjalan ke arah yang sama, membuat segala sesuatu menjadi lebih efisien dan
efektif.
Islam membutuhkan pejuang-pejuang tangguh. Dari semua cita-cita, melahirkan penghapal-penghapal Qur’an
adalah impian terbesar para muslimah. Jika hari ini saya belum berhasil dengan
apa yang saya cita-citakan bagi diri saya sendiri, kuliah di luar negeri dan sebagainya,
saya masih memiliki harapan untuk dapat mewujudkan impian melahirkan generasi penghapal Qur’an yang kelak menjadi pejuang islam yang tangguh. Saya tentu tidak bisa
sendirian mencapainya, butuh partner yang memiliki kesamaan visi dan misi
dalam hal tersebut. Hingga sekarang saya masih terus merajuk pada-Nya untuk
meng-acc proposal saya tentang partner ini. Apalagi modal saya selain sabar dan
sholat, berikhtiar lalu bertawakal. Jika ada pertanyaan-pertanyaan tentang
menikah, saya senyum saja. Allah tahu lebih dari apa yang saya dan mereka tahu.
Wallahu a lam bishowab.
Langganan:
Postingan (Atom)